Monday, 2 July 2012

Pembelajaran inovatif


Inovasi  adalah kreasi begitulah wikipedia mendefinisikan  dengan sinonimnya. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa inovasi membuat produk, proses, cara, pelayanan, teknologi, atau gagasan lebih unggul dan baru sehingga seluruh bagian keunggulan dan kebaruannya diakui pasar, pemerintah, maupun masyarakat. Inovasi sering dimaknai sama dengan kreasi.
Inovasi berbeda dengan penemuan baru. Makna Inovasi lebih menekankan pada penerapan ide baru sehingga produk inovatif berupa produk baru, proses baru, layanan baru, teknologi baru,  sedangkan penemuan baru merujuk secara langsung pada pengolahan pikiran kreatif  sehingga menemukan ide baru atau metode baru.
Penerapan mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan inovatir pada proses pembelajaran sering tidak sempat kita bedakan dengan cermat. Selain karena makna keduanya sering ambigu, juga membedakan keduanya pun bukan yang teramat penting. Yang jauh lebih penting adalah guru meletakkan kedua istilah itu dalam konteks kecakapan berpikir kreatif dan inovatif yang dihubungkan dengan pengembangan penguaan informasi baru, menemukan hal baru, dan menghasilka karya yang baru bagi siswa.


Yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah siswa mampu belajar menguasai konsep, teori, gagasan baru sebagai dasar melakukan kegiatan dalam menghasilkan produk, proses, cara, teknologi, atau gagasan baru sehingga memperoleh pengalaman yang baru. Jika hendak dibedakan secara detil maka pengalaman berpikir kreatif lebih mewakili konsep pembeharuan ide sedangkan berpikir inovatif lebih mewakili kecakapan menerapkan ide dalam menghasilkan produk belajar yang baru.
SMA Khadijah, sekolah swasta terkemuka di Surabaya, merancang sistem pembayaran keuangan yang dapat diakses secara otomatis dari ATM bank BRI. Kartu ATM siswa berfungsi otomatis sebagai kartu pelajar. Kelihatannya hal ini cukup sederhana karena dalam pikiran yang sederhana, kita dapat mengirim uang dari rekening yang satu kepada rekening rekening yang lain seperti pembayaran listrik, telepon, atau air.
Namun ketika para siswa memerlukan pelayanan lebih seperti berapa bulan mereka sudah bayar dalam satu tahun berjalan, kapan mereka bayar, adakah tunggakan, maka hal itu mengandung resiko ada bagian dari sistem pembukuan sekolah yang dibuka ke pihak bank dan ada pembatasan pula informasi yang dapat dibuka. Ternyata program ini memerlukan proses, teknologi, dan pemikiran baru yang belum pernah dijalakan sebelumnya sehingga layak dinyatakan sebagai produk inovatif.
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan.
Pada beberapan sekolah yang menerapkan konsep adiwiyata, seperti di SD Bantarjati 9 Kota Bogor, pembelajaran matematika diintegrasikan dengan lingkungan.  Misalnya, sebelum belajar matematika, siswa diminta untuk membawa dus pasta gigi dan pembungkus sabun yang berbentuk balok. Guru memperkenalkan konsep ukuran panjang, luas, dan tinggi menggunakan kotak pasta gigi dan dus sabun mandi, mengukurnya, sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilan matematis dari sampah.
Seusai belajar siswa menghimpun sampah yang telah digunakan sebagai media belajar dalam tempat sampah yang telah mereka persiapkan. Setelah sampah terkumpul siswa dapat menjual barang bekas yang bernilai ekonomi yang mereka himpun secara kolaboratif. Timbangan sampah dan  nilai ekonomi yang  muncul dari proses pembelajaran matematika dapat dikembangkan sebagai bahan pemikiran inovatif siswa.
Ibu Yayah, kepala sekolahnya, menggagas pelajaran yang terintegrasi pada tanaman, halaman sekolah, masyarakat sekitar, dan seluruh lingkungan menjadi alat peraga dan labolatorium siswa belajar. Alam takambang menjadi guru. Siswa dibuat senang karenannya karena diyakini warga sekolah bahwa pikiran siswa tidak dapat bekerja optimal jika hatinya tertutup terhadap lingkungannya.
Di SD Sukadamai 3 Kota Bogor, proses belajar yang inovatif dikembangkan dengan kultur yang berbeda. Target-target terbaik dibangun melalui model transaksi. Misalnya, kepala sekolah menyatakan kepastian kepada orang tua siswa bahwa setamat dari sekolah ini siswa kompeten dalam berbahasa Inggris dan menjadi operator komputer yang handal. Guru bertransaksi kepada kepala sekolah target yang diunggulkannya. Selanjutnya siswa antusias pula membuat target kepada gurunya.
Pembelajaran dikejar target, namun porses belajar dilakukan dengan sukacita. Membangun pebiasaan menjadi penopang utama dan istikomah untuk mewujudkan target menjadi terbaik menjadi energi belajar mereka.
Jika SD Bantarjati 9 yang belum SSN telah mendapat pengakuan sebagai ‘eco school” yang handal dan mendapat pengakuan karena bermitra pada tingkat ASEAN dan bahkan pada ruang lingkup global. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan Jepang dengan mengundang kepala sekolahnya  ke negeri sakura untuk ber’sister school’ sebagai pengakuan terhadap keunggulan sekolah secara kongkrit.
Minggu lalu sekolah ini  mendapat pujian dari delegasi  Amerika sebagai salah satu sekolah paling unggul di dunia karena ide inovatifnya dalam mengembangkan sekolah berbasis alam.
SD Sukadamai 3 memiliki basis keunggulan yang berbeda. Delegasi dari negara ASEAN mengakui kunggulan sekolah ini. Di antaranya siswa sekolah ini mampu menunjukkan kepiawaian dalam berkomunikasi global, tentu dalam berhasa Inggris, di samping memiliki keunggulan yang lain. Namun  yang pasti, begitu banyak sekolah yang tidak mampu membuat siswa berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa Inggris.
Sekolah ini secara inovatif membuktikan, mereka mampu menembus kesulitan yang dialami banyak sekolah di negara kita, mengubah budaya mudah berbahasa Inggris dan fasih berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Sumber : http://gurupembaharu.com/home/pemelajaran-inovatif/ 

No comments:

Post a Comment