B. BIDANG ILMU : PENDIDIKAN KIMIA
C. PENDAHULUAN
Dewasa ini kesejahteraan bangsa bukan hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, melainkan juga pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan. Dengan demikian, tuntutan untuk terus memutakhirkan pengetahuan sains menjadi suatu keharusan. Bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi, karena industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi sains dan teknologi tingkat tinggi (Puskur Diknas, 2003).
Mutu pendididikan IPA, berkaitan dengan banyak faktor antara lain kompetensi guru, efektivitas proses pembelajaran, ketersediaan fasilitas pendidikan serta tingkat motivasi belajar siswanya. Namun pada kenyataannya dalam dunia pendidikan memperlihatkan bahwa pembelajaran pada umumnya bersifat ekspositoris, verbalistik dan cenderung hanya menggunakan papan tulis, kurang upaya untuk melakukan demonstrasi, eksperimen dan bentuk peragaan lainnya dalam pembelajaran (Firman,H., 2000). Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan untuk membentuk sikap yang positif pada diri siswa terhadap kimia yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan kimia dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapannya dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang banyak kaitannya dengan kemampuan kimia dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dalam silabus kimia adalah Sifat Koligatif Larutan dan Elektrokimia. Kedua materi tersebut merupakan konsep yang selalu ada dalam kurikulum ilmu kimia. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari sifat koligatif larutan dan konsep elektrokimia karena kedua materi tersebut bersifat abstrak (Baharudin, 2000). Disamping itu pembelajaran kedua materi tersebut yang dilakukan selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah dimana dengan materi yang cukup abstrak, umumnya menjadi beban bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif model pembelajaran yang dapat meminimalkan beban hafalan dan lebih meningkatkan minat belajar pada siswa, yaitu dengan cara pemanfaatan media komputasi. Sehingga dengan melakukan pembelajaran dengan pemanfaatan media komputasi ini, siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami materi sifat koligatif larutan dan konsep elektrokimia.
Peserta belajar dengan kemampuan yang bervariasi adalah umum dijumpai pada suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang bervariasi dapat berupa perbedaan kesanggupan, keterampilan, intelegensi, potensi dan pengetahuan awal dalam mengikuti proses belajar. Kemampuan peserta yang bervariasi pada suatu pembelajaran ditunjukkan oleh hasil belajar yang bervariasi.
Salah satu penyebab kegagalan siswa dalam proses pembelajaran adalah karena siswa tidak pernah dirangsang untuk mencari, menemukan, dan mengeksplorasi sehingga siswa dapat belajar tidak hanya di sekolah namun juga dapat menggunakan alam semesta, lingkungan dan teknologi yang ada di sekitarnya.
Pemanfaatan media komputasi ini pada dasarnya merupakan suatu cara pembelajaran yang bertujuan untuk menarik minat belajar siswa dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa melalui pengamatan terhadap materi yang ditampilkan melalui gambar-gambar slide pada layar LCD sehingga siswa dapat terlatih untuk mengeluarkan pendapat berdasarkan pengamatan mereka pada layar LCD. Dimana menurut Henderleiter, J dan Pringle, DL (1999), dari pengamatan langsung inilah siswa dapat menggali sendiri suatu konsep yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dan bahkan lebih dari itu, yaitu menimbulkan suatu sikap yang positif terhadap sains (ilmu pengetahuan) disamping tumbuhnya jiwa kooperatif serta tanggung jawab pada diri siswa, dan dengan demikian hasil belajar siswa-pun akan meningkat.
D. PERUMUSAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
Masalah yang diidentifikasi pada bagian pendahuluan adalah menemukan strategi pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang dapat meningkatkan atau mengembangkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada umumnya dan pembelajaran materi Sifat-sifat Koligatif dan Elektrokimia pada umumnya, termasuk siswa yang lamban. Namun tentunya masih memerlukan penjajakan dan pembuktian dalam praktek, serta kemungkinan penyempurnaan strategi dan taktik pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Oleh karena itu diperlukan hasil dari suatu penelitian berbentuk tindakan menjalankan skenario pembelajaran kimia dengan pemanfaatan media komputasi.
Maka rumusan masalah yang diajukan adalah : Bagaimana penerapan strategi pembelajaran kimia dengan pemanfaatan media komputasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, khususnya pada pokok bahasan Sifat-sifat Koligatif Larutan dan Konsep Elektrokimia pada siswa Kelas XII-IPA MAN 1 Samarinda.
2. Pemecahan Masalah
a. Pada penelitian tindakan kelas ini akan digunakan Strategi Pembelajaran Kognitif Aktif :
Dimana pada proses pembelajaran kimia yang dilakukan akan digunakan media komputasi tentang Ilustrasi Sifat-sifat Koligatif Larutan dan Konsep Elektrokimia. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam membangun pemikirannya sendiri tentang materi yang disampaikan melalui pengamatan langsung terhadap tampilan-tampilan slide pada layar LCD
b. Pemecahan masalah di atas terdiri atas beberapa tahap, yaitu :
- Siswa diajak terlibat aktif pada saat guru menyampaikan pembelajaran dengan media komputasi.
- Siswa akan membangun pemikiran pada dirinya sendiri tentang konsep materi yang disampaikan melalui ilustrasi tampilan slide pada layar LCD.
- Siswa diajak berdiskusi.
- Mengambil kesimpulan.
- Siswa mampu belajar aktif dan memposisikan dirinya dengan baik dan tepat dimana ia telah mempunyai bekal pengetahuan sendiri dan penguasaan tertentu terhadap suatu konsep (bukan hanya bersumber pada guru).
- Kemampuan siswa untuk mendefinisikan, mendeskripsikan dan menggambarkan ilustrasi dari konsep materi yang telah disampaikan.
- Kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam mendiskripsikan dan memecahkan masalah.
Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Untuk siswa
- Menarik minat siswa terhadap pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
- Dapat mengeksplorasi pemikiran dan mendiskripsikan suatu konsep materi berdasarkan hasil pengamatan ilustrasi slide pada layar LCD.
- Siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
- Meningkatkan kemampuan Guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang optimal.
- Meningkatkan kemampuan Guru dalam pemanfaatan media komputasi.
- Mengeksplorasi kemampuan Guru untuk melakukan penelitian tindakan terhadap segala permasalahan yang kemungkinan terjadi dalam proses belajar-mengajar di ruang kelas.
Hasil dari penelitian tindakan ini diharapkan dapat :
- Diperoleh output pembelajaran (dalam hal ini siswa) yang bukan hanya sebagai penerima ilmu, tetapi juga sebagai pencari ilmu sehingga dapat menguasai konsep ilmu yang hendak dicapai dengan mudah dan terekam lama dalam memorinya.
- Sebagai salah satu informasi bagi guru tentang salah satu strategi pembelajaran yang dilakukan dengan pemanfaatan media komputasi dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran kimia.
1. Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM (M.Nur, 2001) dikemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran itu dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di ruang kelas dan dikenal juga dengan nama Classroom Action Research, dimana idenya pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946.
Sedangkan menurut Stephen Kemmis (1983), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research adalah suatu penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik pendidik yang mereka lakukan sendiri (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut dan (c) situasi ditempat praktik itu dilaksanakan.
2. Pembelajaran dengan Media Komputasi
Menurut von Glaserfeld, pembelajaran adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membiarkan berfikir sendiri. Berfikir yang baik lebih penting daripada mempunyai cara berfikir yang baik, berarti cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain. Siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum pasti dapat memecahkan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban itu.
Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikapkritis dan mengadakan justifikasi. Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar sendiri.
Komputasi sebenarnya dapat diartikan sebagai cara untuk menemukan pemecahan masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma. Sedangkan kimia komputasi adalah cabang kimia yang menggunakan hasil kimia teori yang diterjemahkan ke dalam program komputer untuk menghitung sifat-sifat molekul dan perubahannya maupun melakukan simulasi terhadap sistem-sistem besar (makromolekul seperti protein atau sistem banyak molekul seperti gas, cairan, padatan, dan kristal cair), dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Contoh sifat-sifat molekul yang dihitung antara lain struktur (yaitu letak atom-atom penyusunnya), energi dan selisish energi, muatan, momen dipol, kereaktifan, frekuensi getaran dan besaran spektroskopi lainnya. Simulasi terhadap makromolekul (seperti protein dan asam nukleat) dan sistem besar bisa mencakup kajian konformasi molekul dan perubahannya (mis.proses denaturasi protein), perubahan fasa, serta peramalan sifat-sifat makroskopik (seperti kalor jenis) berdasarkan perilaku di tingkat atom dan molekul. Istilah kimia komputasi kadang-kadang digunakan juga untuk bidang-bidang tumpang tindih antara ilmu komputer dan kimia (Wikipedia).
3. Sifat-Sifat Koligatif Larutan
3.1. Konsentrasi Larutan
Salah satu cara menyatakan konsentrasi larutan adalah kemolaran (M). Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Satuan kemolaran adalah mol/L, dengan rumusan : M = n/V
Pada pembahasan sifat koligatif, digunakan dua jenis konsentrasi yang lain yaitu :
a. Kemolalan (m)
Menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Jadi kemolalalan dinyatakan dalam mol/kg dengan rumusan : m = n/p, dimana m = kemolalan; n = jumlah mol zat terlarut dan p = massa pelarut (dalam kg). Dan jika dinyatakan dalam gram : m = n x 1000/p.
Contoh soal : Berapa kemolalan larutan yang dibuat dengan mencampurkan 3 gr urea dalam 200 gr air ?
Jawab : mol urea = 3 gr/ 60
= 0,05 mol
Massa pelarut = 200 gr = 0,2 kg
Molalitas = n/p
= 0,05/0,2
= 0,25 mol.kg-1
b. Fraksi Mol (X)
Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap jumlah mol larutan. Jika mol zat pelarut adalah nA dan jumlah mol zat terlarut adalah nB, maka fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah :
XA = nA XB = nB
nA + nB nA + nB
dimana : XA + XB = 1
3.2. Pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum Raoult) dan larutan elektrolit.
Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, melainkan hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Istilah koligatif berasal dari bahasa Latin yang berarti kolega atau kelompok. Sifat koligatif meliputi penurunan tekanan uap (ΔP), kenaikan titik didih (ΔTb), penurunan titik beku (ΔTb) dan tekanan osmotik (π). Contohnya : Larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air mempunyai penurunan titik beku yang sama dengan larutan 0,1 mol glukosa dalam 1 kg air. Tetapi larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air mempunyai penurunan titik beku yang berbeda dengan larutan 0,2 mol urea dalam 1 kg air.
Zat terlarut dengan jumlah mol yang sama tidak selalu menghasilkan jumlah partikel yang sama di dalam larutan. Adakalanya beberapa molekul atau partikel zat terlarut mengelompok, sehingga jumlah partikel menjadi lebih sedikit dari yang diperkirakan. Di lain pihak, khususnya untuk larutan elektrolit, jumlah partikel di dalam larutan akan lebih banyak karena zat elektrolit terurai menjadi ion-ion. Jadi, sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit, meski jumlah mol zat terlarutnya sama.
4. Elektrokimia
4.1. Sel Volta
Salah satu aplikasi dari prinsip-prinsip reaksi redoks adalah sel-sel elektrokimia, yaitu sel-sel tempat energi kimia diubah menjadi energi listrik atau sebaliknya. Ada 2 macam sel elektrokimia, yaitu sebagai berikut :
(1) Sel Volta (sel Galvani), yang dikembangkan oleh Alessandro Volta dan Luigi Galvani dari Italia. Dalam sel volta, reaksi redoks akan menghasilkan arus listrik. Dengan perkataan lain, energi kimia diubah menjadi energi listrik. Contoh sel volta adalah sel baterai dan sel aki.
(2) Sel Elektrolisis, dikembangkan oleh Sir Humphry Davy dan Michael Faraday dari Inggris. Dalam sel elektrolisis, arus listrik akan menghasilkan reaksi redoks. Jadi, energi listrik diubah menjadi energi kimia. Contoh sel elektrolisis adalah penyepuhan logam dan penguraian air menjadi gas H2 dan gas O2.
Pada reaksi redoks berikut : Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
Seng bertindak sebagai anoda (mengalami oksidasi) dan tembaga bertindak sebagai katoda (mengalami reduksi). Perpindahan elektron dari anoda ke katoda dapat kita manfaatkan sebagai sumber arus listrik, dengan merancang suatu sel volta (sel galvani), yaitu sebagai berikut :
Mula-mula disediakan 2 wadah yang masing-masing disebut setengah sel. Dalam satu wadah, sebatang logam seng(anoda) kita celupkan pada larutan garam Zn2+, misalnya Zn(NO3)2. Dalam wadah lain, sebatang logam tembaga (katoda) dicelupkan pada larutan garam Zn2+,, misalnya Zn(NO3)2. Dalam wadah lain, sebatang logam tembaga (katoda) kita celupkan pada larutan garam Cu2+, misalnya Cu(NO3)2. Kemudian logam seng dan logam tembaga dihubungkan oleh suatu rangkaian kawat yang dilengkapi switch dan voltmeter(untuk mengukur tegangan). Adapun larutan Zn2+ dan larutan Cu2+ dihubungkan oleh suatu “jembatan garam”, yaitu tabung berbentuk huruf U yang berisi NaNO3 atau KCl dalam gelatin.
Selanjutnya akan telihat bahwa seng (anoda) secara spontan mengalami oksidasi menjadi Zn2+ yang masuk ke dalam larutan. Elektron yang dilepaskan mengalir melalui rangkaian kawat menuju tembaga(katoda). Pada permukaan tembaga, terjadi reduksi : elektron yang terlepas akan ditangkap oleh Cu2+ dari larutan, sehingga terbentuk endapan tembaga. Jadi, lama-kelamaan anoda makin tipis karena melarut, sedangkan katoda makin tebal karena menerima endapan. Jadi, lama-kelamaan anoda makin tipis karena melarut, sedangkan katoda makin tebal karena menerima endapan.
Perpindahan elektron dari anoda ke katoda menyebabkan larutan di anoda bermuatan positif(karena bertambahnya Zn2+) dan larutan di katoda bermuatan negatif (karena berkurangnya Cu2+). Seandainya tidak ada jembatan garam, aliran elektron melalui kawat akan terhenti, sebab larutan di anoda menolak kedatangan Zn2+ dan larutan di katoda menahan kepergian Cu2+. Untuk menjaga kenetralan larutan, jembatan garam mensuplai ion-ion. Jika jembatan garam itu berisi NaNO3, ion Na+ akan menuju ke katoda untuk menetralkan muatan negatif, dan ion NO3- menuju ke anoda untuk menetralkan muatan positif. Dengan bantuan jembatan garam, kedua larutan senantiasa netral, sehingga aliran elektron dari anoda ke katoda tetap lancar.
Aliran elektron ini menimbulkan arus listrik yang dapat kita gunakan untuk berbagai keperluan.Jika semua logam seng telah melarut atau ion Cu2+ sudah mengendap semua, maka dalam bahasa sehari-hari kita katakan bahwa sel volta ”baterainya sudah habis” dan harus diganti dengan sel volta yang baru.
H. METODE PENELITIAN
a. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 1 Samarinda Kalimantan Timur dengan melibatkan dua pengamat ( guru kimia dan kepala sekolah) di sekolah tersebut.
b. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari pencapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa, yaitu :
- Kemampuan menghitung konsenrasi suatu larutan (kemolalan dan fraksi mol)
- Kemampuan menjelaskan pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum Raoult) dan larutan elektrolit
- Kemampuan menggambarkan susunan sel Volta atau sel Galvani dan menjelaskan fungsi tiap bagiannya
- Kemampuan untuk menjelaskan bagaimana energi listrik dapat dihasilkan dari reaksi redoks dalam sel volta.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dimana masing-masing siklus tingkat keberhasilannya disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah proses pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi :
- Penjajakan
- Skenario Tindakan
- Siklus Pertama
(1) Refleksi Awal
Peneliti bersama-sama dengan pengamat (guru mitra) menggali permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran kimia (Sifat-sifat Koligatif Larutan dan Elektrokimia). Dan selanjutnya dilakukan diskusi diantara para peneliti tentang hasil kerja siswa awal untuk menentukan rancangan tindakan-tindakan terhadap permasalahan tersebut.
(2) Penetapan dan Rancangan Tindakan
Rancangan tindakan yang akan dilaksanakan peneliti adalah sebagai berikut :
Memandu PBM
Penyampaian Materi
Dengan Media Komputasi
Menjelaskan tampilan slide
(3) Pelaksanaan Tindakan
Siklus pertama dilaksanakan selama 3 jam pelajaran atau 3 x 45 menit, dengan rincian sebagai berikut :
a. Jam pertama (45 menit), guru mensetting kelas.
b. Jam kedua (45 menit), salah satu peneliti (guru mitra) menyampaikan materi sifat-sifat koligatif larutan dengan media komputasi.
c. Jam ketiga (45 menit), dengan bimbingan guru siswa diajak berdiskusi untuk mengeksplorasi pemikirannya tentang pengamatan terhadap materi yang ditampilkan pada LCD, sehingga terjadi transfer ilmu secara tidak langsung dari guru kepada siswa.
(4) Monitoring
Tindakan monitoring ini dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung, dengan menggunakan teknik pengamatan dan pencatatan yang meliputi kejadian, perubahan tingkah laku laku, cara, dan teknik pendokumentasian terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di dalam kelas.
(5) Analisis Data dan refleksi
Data hasil monitoring yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kolaboratif antara peneliti dengan guru, yang bertujuan untuk mengetahui apakah skenario yang kita siapkan dan lakukan telah mencapai tujuan seperti pada kompetensi-kompetensi yang ada. Sehingga berdasarkan analisis tersebut, maka peneliti dapat melakukan refleksi dimana kelemahan ataupun kelebihan pada siklus pertama dapat diidentifikasi dan dapat diminimalisasi pada siklus selanjutnya.
(6) Data dan Cara Pengumpulan
Data | Cara Pengumpulan | Sumber |
Hasil Pengamatan Partisipatif | Lembar Pengamatan /Observasi | Siswa |
Observasi aktivitas di kelas | Lembar Observasi | Siswa |
Pengukuran hasil belajar | Lembar Hasil tes | Siswa |
- Siklus Kedua
Pada siklus kedua ini, siswa akan diajak untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tampilan slide yang disajikan berdasarkan pengamatan dan pemikirannya (eksplorasi pengetahuan siswa). Sedangkan pada akhir proses pembelajaran, siswa juga diharuskan untuk mengerjakan tes seperti pada siklus ketiga.
I. JADWAL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan selama 5 bulan (Agustus s.d. Desember) yang meliputi kegiatan : Persiapan Penelitian, Pelaksanaan dan Penyusunan Laporan. Rincian jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
RINCIAN | BULAN KE- | ||||
KEGIATAN | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
1. Persiapan | |||||
2. Pelaksanaan Siklus I | |||||
a. Skenario Tindakan | |||||
b. Pelaksanaan Tindakan, Pengamatan dan | |||||
Interpretasi | |||||
c. Analisis Data dan Refleksi | |||||
3. Pelaksanaan Siklus II | |||||
a. Skenario Tindakan | |||||
b. Pelaksanaan Tindakan, Pengamatan dan | |||||
Interpretasi | |||||
c. Analisis Data dan Refleksi | |||||
4. Penyusunan Laporan | |||||
6. Penggandaan dan Pengiriman Hasil Penelitian |
1. Honorarium | |
a. Ketua Peneliti selama 5 bulan | |
(1 x 5 x Rp 100.000,-) | Rp 500.000,- |
b. Anggota Peneliti | |
(2 x 5 x Rp 75.000,-) | Rp 750.000,- |
2. Transport ( 3 x 5 x Rp 50.000,-) | Rp 750.000,- |
3. Bahan dan alat Penelitian | |
a. Kertas 2 rim | Rp 100.000,- |
b. Tinta Printer | Rp 100.000,- |
c. Instrumen Observasi | Rp 400.000,- |
d. Sewa LCD | Rp 750.000,- |
e. Pembuatan Slide/Animasi | Rp 4.000.000,- |
f. Dokumentasi | Rp 500.000,- |
4. Pengumpulan Data | Rp 400.000,- |
5. Analisis data | Rp 1.000.000,- |
6. Penyusunan laporan | Rp 500.000,- |
7. Seminar dan Penggandaan Laporan Penelitian | |
a. Seminar untuk 50 orang | Rp 500.000,- |
b. Penggandaan dan Pengiriman Laporan | Rp 500.000,- |
TOTAL | Rp 10.750.000,- |
L. DAFTAR PUSTAKA
Amy L.Cox and James R.Cox. August 2002. Determining Oxidation-Reduction on a Simple Number Line. Journal of Chemical Education. Volume 79 No.8.
Baharudin. 2000. Analisis Kesulitan Siswa pada Pokok Bahasan Reaksi Reduksi-Oksidasi. Thesis pada Program Pasca Sarjana UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
File://F:/Komp/Kimia Komputasi.htm. [Online]. (10 Januari 2008)
Firman, H. 2000. Beberapa Pokok Pikiran tentang Pembelajaran Kimia di SLTA. Makalah pada diskusi Guru Kimia Aliyah Jawa Barat. BPG Bandung. [Online]. Tersedia : http://www.harryfirman.com. (15 Januari 2005)
Henderleiter, J. and Pringle, D.L. January 1999. Effects of Context-Based Laboratory Experiments on Attitudes of Analytical Chemistry Students. Journal of Chemical Education. Volume 76 No. 1.
Mohamad Nur,.2001,.Penelitian Tindakan Kelas,. Departemen PendidikanNasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Pusat Kurikulum Depdiknas. 2003. Model Pembelajaran pada Kurikulum Berbasis Kompetensi. [Online]. Tersedia : http://www.puskur.go.id. (31 Juli 2006)
0 comments:
Post a Comment