A. PENDAHULUAN
Kompos adalah hasil pelapukan bahan organik (sisa-sisa tanaman.seresah) menjadi suatu bahan yang menyerupai tanah atau sering dikenal dengan sebutan humus (bunga tanah). Kompos terjadi secara alamiah tetapi proses terjadinya dapat dipercepat melalui aktivitas jasad renik (bakteri) pengurai.
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah kompos merupakan bahan terbaik walaupun dalam prosesnya memerlukan waktu .Pemberian kompos ke dalam tanah secara kontinyu dapat tmemperbaiki sifat dan karakteristik keadaan tanah secara umum.
Kompos bukanlah suatu obat Thok Cer atau satu-satunya yang mujarab untuk mengatasi semua masalah tanah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari, kompos dapat disepadankan dengan asuransi kesehatan atau semacam deposito berjangka.
Sifat kompos dalam perbaikan kesuburan tanah agak berbeda dengan pupuk yang secara umum diperdagangkan. Kandungan hara kompos secara relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik, namum nilai kelengkapan kandungan hara kompos berada dalam posisi yang lebih unggul.
B. PERANAN KOMPOS
Kompos secara umum berdampak baik terhadap sifat dan karakteristik biogeofisik tanah. Peranan yang cukup mencolok adalah fungsinya dalam memperbaiki struktur tanah, sirkulasi udara serta menahan dan memberikan air. kepada tanaman. Tanah-tanah yang padat atau berat dapat menjadi lebih ringan jika secara kontinyu diberikan kompos. Sedangkan tanah-tanah yang ringan ( tanah yang banyak mengandung pasir) jika diberi kompos secara periodik menjadi lebih baik dalam menyimpan air (tidak cepat menjadi kering). Disamping itu kompos juga memberikan lingkungan hidup yang baik untuk kerhidupan organisma tanah.
Pada segi keharaan kompos, setelah selang waktu tertentu dapat memberikan zat hara penting dengan sifat lebih mudah dan tahan lama untuk diserap olah tanaman. Sesungguhnya, proses penguraian (dekomposisi) tak kunjung berhenti. Pembentukan kompos di dalam tanah berlangsung terus, menghasilkan zat hara dalam bentuk siap pakai untuk tanaman.
Sifat lain yang baik adalah tidak terbasuh oleh air hujan atau pengairan, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan Chelate sehingga tersimpan seperti deposito di bank di dalam tanah.
Tersedianya kompos dalam tanah, tidak hanya menambah unsur hara makro, tetapi juga memperbaiki sifat fisik tanah, terutama struktur dan tekstur tanah sehingga mampu mempertahankan kelembaban dan melancarkan sirkulasi udara dalam tanah. Dapat memperbaiki sifat-sifat tanah yaitu membantu mendorong proses ionisasi melalui peningkatan kapasitas tukar kation, sehingga akar tanaman mampu mengambil hara dalam tanah. Demikian pula jasad-jasad renik tanah mendapat energi dari kompos, sehingga aktivitasnya meningkat memperbaiki sifat biologis tanah.
C. PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA PEMBUATAN KOMPOS
Pembuatan kompos adalah proses perombakan limbah pertanian dari susunan bahan organik dengan perbandingan C/N tinggi menjadi C/N rendah. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat diuraikan sebagai berikut :
Senyawa-senyawa hidrat arang seperti selulosa, hemiselulosa, dan sebagainya diuraikan menjadi senyawa-senyawa CO2 dan H2O atau CH4 dan H2.
Zat putih telur diuraikan melalui bentuk amida-amida dan asam-asam amino menjadi NH3, CO2, dan H2.
Penguraian lemak dan lilin menjadi CO2 dan air.
Pelepasan kembali unsur-unsur hara yang menyusun tubuh mikroorganisme (N, P, K, dll) setelah jasad-jasad mikro tersebut mati.
Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik (humus) menjadi senyawa-senyawa anorganik (mineral) melalui proses mineralisasi.
Akibat terjadinya perubahan senyawa-senyawa tersebut, maka baik volume maupun bobot bahan yang dijadikan kompos menjadi sangat berkurang. Sebagian besar senyawa karbon (dalam bentuk CO2) hilang ke udara, kadar N yang larut (amoniak) meningkat, sehingga dengan demikian perbandingan C/N yang semula tinggi menjadi rendah dan akhirnya relatif stabil pada perbandingan C/N 15-22. Perbandingan C/N yang demikian terdapat pada kompos yang telah matang.
D. PRINSIP DASAR PEMBUATAN KOMPOS
(VERSI WAHANA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSMIGRASI (WP2T) UNSOED)
Bahan organik yang dapat dibuat menjadi kompos ada bermacam-macam dengan perbandingan C/N yang berbeda-beda. Bahan organik dengan C/N tinggi selama proses dekomposisi akan menjadi berubah menjadi bahan dengan C/N yang lebih rendah dan mendekati C/N tanah. Bahan-bahan organik yang dapat dijadikan kompos diantaranya jerami (C/N 50-70), kulit buah kopi (C/N 15-20) dan daun-daun segar (C/N 10-20), tanaman kacang-kacangan (legume) yang nisbah C/N-nya sekitar 20,. Dianjurkan dalam pembuatan kompos tidak menggunakan bahan dasar alang-alang (C/N 100) karena bahan ini mengandung bahan silikat yang cukup tinggi.
Mikroorganisme pengurai yang dipergunakan berasal dari kotoran sapi yang baru, sebagai inokulan yang ditebarkan secara merata pada lapisan timbunan bahan baku yang dipotong-potong (dicincang).
Kondisi lingkungan pada onggokan kompos dipelihara, seperti keasaman (pH) diatur dengan pemberian kapur. Suhu yang tinggi lebih kurang 55 oC dicapai dengan pemberian lapisan daun segar yang masih mengeluarkan energi berupa panas sebelum mikroba sendiri menimbulkan panas (eksoterm).
Kelembaban dijaga dengan pemberian air secara teratur. Pengaturan sirkulasi udara (O2), dengan pembuatan saluran udara dari bambu dan pembalikan berkala, akan menyediakan energi dan unsur hara yang diperlukan bagi perkembangan mikroba pembusuk terutama gula, nitrogen dan fosfor.
E. TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS VERSI SADAGORI
1. Alat-alat yang diperlukan :
· Cetakan terbuat dari empat lembar papan ringan tetapi kuat, ukuran masing-masing 150 x 25 x 3 cm.
· Dua batang bambu yang panjangnya @ 200 cm, dipergunakan sebagai pegangan cetakan.
· Empat batang bambu panjangnya @ 200 cm, untuk membuat saluran udara pada cetakan kompos.
· Plastik hitam, untuk penutup kompos yang selesai dicetak.
· Tali rafia untuk pengikat penutup cetakan kompos.
2.. Bahan baku yang dipergunakan :
· Limbah pertanian sebanyak 800 kg berupa : jerami padi, daun-daun kering, batang pisang, daun kacang-kacangan (benda-benda yang tidak mungkin mengalami dekomposisi seperti plastik, batu, dan kayu-kayu keras disingkirkan).
· Rumput/hijauan daun yang segar 30 kg.
· Urea 6 kg.
· TSP 6 kg.
· Kapur pertanian (kaptan) 6 kg.
· Kotoran ternak yang masih baru (sapi, domba, dll) 100 kg. Apabila kesulitan mendapatkan kotoran ternak dapat dibuat stimulan dari campuran kotoran sapi dengan bekatul dengan perbandingan 1 : 5 (satu kotoran sapi, 5 bekatul) dan diberi air secukupnya sehingga terbentuk bahan semacam bubur. Untuk mendapatkan stimulan yang baik diamkan campuran bekatul dengan kotoran sapi tersebut selama 48 jam dalam suasana an aerob (tertutup rapat) dalam suasana gelap dan tambahkan urea 15 gram, serta TSP 30 gram pada setiap 1 kg bekatul.
3. Urutan pekerjaan pengomposan
· Letakkan cetakan (berbentuk bujur sangkar 100 cm x 150 cm dan pada kedua sisinya yang berhadapan, dipasang batang bambu sebagai pegangan pada tanah datar.
· Semua bahan-bahan dimasukkan ke dalam cetakan dengan urutan sebagai berikut : (lapisan pertama).
a) Jerami padi/limbah pertanian dimasukkan ke dalam cetakan sambil diinjak-injak secara merata, sampai tumpukan penuh setinggi cetakan (25 cm).
b) Di atas tumpukan jerami diberi hijauan daun segar 5 kg secara merata.
c) Siramkan bubur stimulan di atas timbunan secukupnya.
d) Empat batang bambu ditancapkan di empat tempat, tepat pada lapisan pertama.
e) Alat cetak diangkat dan letakkan kembali di atas lapisan pertama yang terlebih dahulu sudut-sudutnya dipasang bambu sebagai tumpuan alat cetakan.
· Untuk membuat lapisan kedua sampai terakhir perlakuannya sama dengan cara membuat lapisan pertama. Dianjurkan lmaksimal 7 lapisan.
· Setiap kali lapisan terbentuk, perlu disiram air sebanyak 5 liter.
· 7 lapisan yang terbentuk akan mencapai tinggi 150 cm.
· Empat batang bambu yang ditancapkan pada awal pembuatan kompos dicabut kembali, sehingga terjadi lubang pada tumpukan bahan kompos tersebut yang berguna untuk pengaturan sirkulasi udara.
· Timbunan yang terdiri dari enam lapisan tersebut ditutup dengan lembaran plastik hitam berukuran 3x3 meter.
· Jika pembuatan kompos dilakukan pada musim kemarau, setiap dua hari sekali timbunan kompos disiram agar kelembaban dapat dipertahankan. Setelah beberapa hari, suhu akan meningkat mencapai lebih kurang 65 0C.
· Setiap 14 hari tumpukan kompos dibalikkan ke sebelah sisi yang kosong dengan tetap menggunakan alat cetak. Akibat proses pelapukan, timbunan kompos akan susut ± 1/3 bagian.
· Untuk mempertahankan suhu, ada kalanya pada setiap lapisan hasil pembalikkan ditebarkan rumput hijau yang segar. Ketika membalikkan, kompos harus diusahakan agar bagian luar ditempatkan ke dalam, sehingga proses pembusukan berlangsung secara merata. Demikian seterusnya sampai kompos matang, yang dapat terlihat dari kondisi bahan yang mulai hancur, berwarna kelam, seragam warna dan tekstur (butirannya), remah dan berbau segar. Kompos semacam itu, setelah 7 minggu pasti aman untuk tanaman.
Gunakanlah kompos pada semua lapisan dalam tanah, untuk membangun tanah yang gembur. Yang di dalam tanah untuk meremahkan liat, yang di atas tanah untuk memberi hara bagi tanaman, sekaligus mengendalikan tumbuhnya rumput pengganggu serta mencegah penguapan air di kala musim kering.
PERKIRAAN BIAYA PEMBUATAN KOMPOS VERSI SADAGORI (TH. 1994)
1. Jerami 800 kg @ Rp. 10,00 Rp. 8.000,00
2. Rumput/hijauan 30 kg @ Rp 30,00. Rp. 900,00
3. Urea 6 kg @ Rp. 400,00 Rp. 2.400,00
4. TSP 6 kg @ Rp. 450,00 Rp. 2.700,00
5. Kapur pertanian 6 kg @ Rp. 125,00 Rp. 750,00
6. Limbah ternak 100 kg @ Rp. 10,00 Rp. 1.000,00
7. Tenaga kerja 4 HOK @ Rp. 2.000,00 Rp. 8.000,00
___________________________________________________________________ +
Total Rp. 23.000,00
Harga per kg kompos : ------------- = Rp. 40,00
Catatan : dari 948 kg bahan diperoleh ± 600 kg kompos.
LAND IMPROVEMENT
Untuk menunjang pertumbuhan tanaman memerlukan perbandingan unsur hara makro dan mikro tertentu sesuai dengan karakteristik masing-masing tanaman. Penambhan unsur hara kedalam tanah melalui pemupukan kimia untuk mengatasi kekurangan unsur hara dalam tanah merupakan cara yang paling mudah. Namum efesiensi dan efektivitas pemupukan masih merupakan suatu Problem Solving, Variasi karakteristik biogeofisik tanah dan genetik tanaman serta iklim wilayah sangat berpoengaruh terhadap tingat ketersedian hara dan serapan hara oleh tanaman. Misalnya pH tanah yang rendah (nilai keasaman tanah tinggi) seperti kebanyakan daerah lwilayah transmigrasi , membuat ketersedian hara seperti Fe (Besi), Mn (mangan) dan Al (aluminium) menjadi berlebih sehingga dapat meracun tanaman. Demikian pula daerah yang beriklim kering, atau tanahnya berpasir, ketersedian air sangat kurang sehingga hara menjadi sukar larut dan tidak tersedia bagi tanaman.
Untuk itu metoda Land Improvement merupakan salah satu metoda yang mulai banyak dikembangkan guna merekllamsi lahan-lahan pertnian yang sudah tidak produktif. Metoada ini diharapkan mapu mengatasi masalah-masalah seperti di atas tetapi sekaligus juga meningkatkan mutu produksi tanaman serta keswadayaan biologis tanah. Dalam metoda ini perbaikan tanah ditujukan untuk mengatasi semua faktor pembatas tanah yaitu meliputi faktor pembatas fisik, kimia dan biologi sehingga hasil dan mutu tanaman dapat meningkat.
TUJUAN
Teknik Land Improvement bertujuan ;
1. Memperbaiki sifat kimia, fisik ddan biologi tanah, agar mampu dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan merangsang berkembangnya mikroorganisme tanah.
2. Menyediakan hara yang cukup dan berimbang bagi tanaman melalui pemberian pupuk organik dan anorganik.
3. Meningkatkan produktifitas tanah melalui proses-proses biokimia, biofisik dan biologi secara lestari dan berkelanjutan.
4. Menciptakan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) dan frofitable, sebagai ciri pertanian moderen.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang dibutuhkan per 10 m2 :
1. Kapur 2 Kg
2. Pupuk kandang 5 Kg
3. Urea 340 g
4. T S P 250 g
5. KCl/KNO3/K2SO4 500 g
6. Jerami 10 Kg
7. Air 200 l
C. KEGUNAAN BAHAN
Kapur. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah sekaligus menetralkan unsur-unsur yang dapat meracun tanaman seperti Fe, Al dan Mn.
Pemberian 1 ton kapur menaikan pH 1 angka pada kedalaman olah 20 cm sama dengan pemberian 2 ton kapur pada kedalaman olah 40 cm per 10.000 m2 areal.
Pengulangan pengapuran dilakukan 1 – 2 tahun kemudian. Pengapuran pertama (tahun I) menggunakan kapur bakar. Pengapuran ke-dua (tahun II) sebaiknya menggunakan kapur dolomit (kaptan).
Kompos/pupuk kandung. Penambahan bahan organik (sekam dan kompos/pupuk kandang) bertujuan memperbaiki sifat kimia tanah melalui peningkatan proses ionisasi dan meningkatkan kandungan unsur hara tanah. Proses ionisasi dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah sehingga tanaman dapat mengambil makanan dari tanah.
Selain untuk menambah unsur hara, pemberian bahan organik juga akan memperbaiki sifat fisik tanah melalui pembentukan agregat tanah, terutama struktur dan tekstur tanah sehingga dapat memperbaiki aerasi tanah dan meningkatkan kapasitas menahan air.
Pemberian kompos/pupuk kandang juga berfungsi sebagai inokulum mikroorganisme penyubur tanah sehingga akan memperbaiki sifat biologi tanah. Semakin banyak pupuk organik diberikan kepada tanah, makin banyak pula area yang perlu ditambahkan. Ini menyangkut aktivitas bakteri pelapuk yang sering bersaing dengan tanaman dalam memperoleh energi.
Urea, TSP dan KCl. Pemberian urea, TSP dan KCl bertujuan untuk meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah.
Peranan unsur N (Urea) pada perlakuan ini memiliki peranan yang khas, karena selain sebagai suplai makanan bagi tanaman, N juga berperan sebagai sumber energi untuk aktivitas bakteri pengurai pada proses penghancuran bahan organik. Jika tidak dilakukan penambahan N yang cukup, maka akan terjadi kompetisi antara tanaman dan bakteri pengurai dalam menggunakan unsur N. Dalam hal ini, bakteri pengurai mempunyai sistem yang lebih baik dalam menambat N dibanding tanaman.
Pupuk TSP sebagai sumber unsur P (dan kapu) dalam tanah relatif tidak bergerak, maka sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Sumber unsur K yang baik adalah K2SO4 atau KNO3 (paling baik KNO3), tetapi agak sulit ditemukan di pasaran. Jika menggunakan KCl, sebaiknya diberikan sebulan sebelum tanam, sehingga ada interval waktu agar Clorin-nya sudah menguap pada saat ditanami.
Jerami (rice straw). Penggunaan mulsa jerami berperan untuk mengurangi evaporasi, mencegah erosi, menjaga temperatur tanah danjuga sebagai sumber bahan organik setelah mengalami pelapukan.
D. CARA KERJA
1. Penyiraman tanah, ditujukan untuk memudahkan pengolahan tanah (jika pengolahan tanah dilakukan pada musim kemarau)
2. Pengolahan tanah I sedalam 40 cm, dilanjutkan dengan pemberian setengah bagian dari bahan-bahan (kapur, sekam, Urea, TSP dan KCl) dengan ditebar secara merata dari arah kiri ke kanan bedengan. Kemudian dicampur/diaduk sampai merata dengan cangkul. Hasil pencampuran yang lebih baik dapat dicapai jika menggunakan Hand Tractor.
3. Pengolahan tanah II sedalam 20 cm , dilanjutkan dengan pemberian setengah sisa bahan-bahan dengan ditebar secara merata dari arah kanan ke kiri bedengan. Kemudian dilakukan pencampuran lagi.
4. Pembuatan bedengan dan saluran irigasi
5. Bedengan ditutup jerami, lalu ditaburi sekam secara merata dan ditutup jerami lagi. Ketebatan ± 20 cm.
6. Lahan didiamkan dahulu selama 2 minggu dan dilakukan penyiraman 2 kali sehati. Jumlah kebutuhan air penyiraman ±20 – 25 l/m2/minggu.
7. Penanaman dilakukan dengan cara menyibak mulsa pada daerah lubang tanam dan diberikan pupuk TSP sebanyak 5 g pada jarak 5 cm dari tanaman dengan kedalaman ± 10 cm, kemudian mulsa dirapatkan kembali.
8. Jika penaman dilakukan 2 – 3 kali dalam setahun, harus diberikan penambahan pupuk Urea, TSP dan KCl sebanyak 10% lagi. TSP diberikan pada saat sebelum tanam, sedangkan Urea dan KCl/KNO3/K2/SO4 dilarutkan dalam air dengan dosis 1 – 2 g/25 l air/m2/minggu.
E. KEUNTUNGAN METODE LAND IMPROVEMENT
1. Menetralkan unsur-unsur yang dapat meracun tanaman seperti Fe, Al dan Mn melalui peningkatan pH tanah (memperbaiki sifat kimia tanah).
2. Meningkatkan daya dukung kesuburan tanah dengan adanya penambahan unsur hara makro ke dalam tanah.
3. Memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
4. Efisienasi dalam penggunaan air. Mulsa jerami dapat mengurangi evaporasi.
5. Efisiensi dalam pengolahan tanah (sekali setahun). Apabila penanaman dilakukan 2 – 3 kali dalam setahun, penanaman ke-2 dan ke-3 tanpa pengolahan tanah (zero tillage).
6. Menekan pertumbuhan gulma.
0 comments:
Post a Comment