Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Bio-etanol. Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air.
Biodiesel mentah (kasar) yang dihasilkan proses transesterifikasi minyak (atau esterifikasi asam-asam lemak) biasanya masih mengandung sisa-sisa katalis, metanol, dan gliserol (atau air). Untuk memurnikannya, biodiesel mentah (kasar) tersebut bisa dicuci dengan air, sehingga pengotor-pengotor tersebut larut ke dalam dan terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya dipisahkan. Porsi pertama dari air yang dipakai mencuci disarankan mengandung sedikit asam/basa untuk menetralkan sisa-sisa katalis. Biodiesel yang sudah dicuci kemudian dikeringkan pada kondisi vakum untuk menghasilkan produk yang jernih (pertanda bebas air) dan bertitik nyala > 100 oC (pertanda bebas metanol).
Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon.
Namun, biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel (solar) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan bakar bus.
Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan petroleum diesel (1 28.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel.
Penggunaan biodiesel juga dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total, partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrous oxide juga dapat dikurangi dengan penambahan konverter katalitik. Kelebihan lain dari segi lingkungan adalah tingkat toksisitasnya yang 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan garam dapur dan tingkat biodegradabilitinya sama dengan glukosa, sehingga sangat cocok digunakan pada kegiatan di perairan untuk bahan bakar kapal/motor. Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel karena karbon yang dihasilkan masuk dalam siklus karbon. Untuk penggunaan biodiesel pada dasarnya tidak perlu modifikasi pada mesin diesel, bahkan biodiesel mempunyai efek pembersihan terhadap tangki bahan bakar, injektor dan selang.
Gambar Konsumsi biodiesel pada tahun 2007
Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa konsumsi biodiesel tersebar di dunia adalah Jerman, selanjutnya Amerika, sedangkan di Indonesia merupakan pennguna biodieel yang cukup besar di dunia karena pada sekarang ini Pertamina telah memproduksi biodiesel dengan nama yaitu Biosolar.
Syarat Mutu Biodiesel
Suatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berguna apabila produk yang dihasilkannya sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah ditetapkan dan berlaku. Beikut ini tabel perbedaan antara biodiesel dan minyak solar (diesel).
Perbedaaan antara biodiesel dan solar (diesel)
Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-04-7 182-2006, yang telah disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) tanggal 22 Februari 2006 . Tabel dibawah ini disajikan persyaratan kualitas biodiesel yang di Indonesia.
Tabel Persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7 182-2006.
Parameter dan satuannya | Batas nilai | Metode uji | Metode setara |
Massa jenis pada 40 oC, kg/m3 | 850 – 890 | ASTM D 1298 | ISO 3675 |
Viskositas kinematik pada 40 oC, mm2/s (cSt) | 2,3 – 6,0 | ASTM D 445 | ISO 3104 |
Angka setana | min. 51 | ASTM D 613 | ISO 5165 |
Titik nyala (mangkok tertutup), oC | min. 100 | ASTM D 93 | ISO 2710 |
Titik kabut, oC | maks. 18 | ASTM D 2500 | - |
Korosi bilah tembaga ( 3 jam, 50 oC) | maks. no. 3 | ASTM D 130 | ISO 2160 |
Residu karbon, %-berat,- dalam contoh asli- dalam 10 % ampas distilasi | Maks. 0,05 (maks 0,03) | ASTM D 4530 | ISO 10370 |
Air dan sedimen, %-vol. | maks. 0,05 | ASTM D 2709 | - |
Temperatur distilasi 90 %, oC | maks. 360 | ASTM D 1160 | - |
Abu tersulfatkan, %-berat | maks. 0,02 | ASTM D 874 | ISO 3987 |
Belerang, ppm-b (mg/kg) | maks. 100 | ASTM D 5453 | prEN ISO 20884 |
Fosfor, ppm-b (mg/kg) | maks. 10 | AOCS Ca 12-55 | FBI-A05-03 |
Angka asam, mg-KOH/g | maks. 0,8 | AOCS Cd 3-63 | FBI-A01-03 |
Gliserol bebas, %-berat | maks. 0,02 | AOCS Ca 14-56 | FBI-A02-03 |
Gliserol total, %-berat | maks. 0,24 | AOCS Ca 14-56 | FBI-A02-03 |
Kadar ester alkil, %-berat | min. 96,5 | dihitung*) | FBI-A03-03 |
Angka iodium, g-I2/(1 00 g) | maks. 115 | AOCS Cd 1-25 | FBI-A04-03 |
Uji Halphen | Negatif | AOCS Cb 1-25 | FBI-A06-03 |
*) berdasarkan angka penyabunan, angka asam, serta kadar gliserol total dan gliserol bebas; rumus perhitungan dicantumkan dalam FBI-A03-03
Parameter yang menunjukkan keberhasilan pembuatan biodiesel dapat dilihat dari kandungan gliserol total dan gliserol bebas (maksimal 0,24%-b dan 0,02%-b) serta angka asam (maksimal 0,8) dari biodiesel hasil produksi. Terpenuhinya semua persyaratan SNI-04-7 182-2006 oleh suatu biodiesel menunjukkan bahwa biodiesel tersebut tidak hany dilihat dari pemilihan bahan mentah yang baik, melainkan juga pada tata cara pemprosesan serta pengolahan biodisel.
Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati maupun lemak hewan, namun yang paling umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah minyak nabati. Minyak nabati dan biodiesel tergolong ke dalam kelas besar senyawa-senyawa organik yang sama, yaitu kelas ester asam-asam lemak. Akan tetapi, minyak nabati adalah triester asam-asam lemak dengan gliserol, atau trigliserida, sedangkan biodiesel adalah monoester asam-asam lemak dengan metanol. Perbedaan wujud molekuler ini memiliki beberapa konsekuensi penting dalam penilaian keduanya sebagai kandidat bahan bakar mesin diesel :
a. Minyak nabati (yaitu trigliserida) berberat molekul besar, jauh lebih besar dari biodiesel (yaitu ester metil). Akibatnya, trigliserida relatif mudah mengalami perengkahan (cracking) menjadi aneka molekul kecil, jika terpanaskan tanpa kontak dengan udara (oksigen).
b. Minyak nabati memiliki kekentalan (viskositas) yang jauh lebih besar dari minyak diesel/solar maupun biodiesel, sehingga pompa penginjeksi bahan bakar di dalam mesin diesel tak mampu menghasilkan pengkabutan (atomization) yang baik ketika minyak nabati disemprotkan ke dalam kamar pembakaran.
c. Molekul minyak nabati relatif lebih bercabang dibanding ester metil asam-asam lemak. Akibatnya, angka setana minyak nabati lebih rendah daripada angka setana ester metil. Angka setana adalah tolok ukur kemudahan menyala/terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.
Di luar perbedaan yang memiliki tiga konsekuensi penting di atas, minyak nabati dan biodiesel sama-sama berkomponen penyusun utama (≥ 90 %-berat) asam-asam lemak. Pada kenyataannya, proses transesterifikasi minyak nabati menjadi ester metil asamasam lemak, memang bertujuan memodifikasi minyak nabati menjadi produk (yaitu biodiesel) yang berkekentalan mirip solar, berangka setana lebih tinggi, dan relatif lebih stabil terhadap perengkahan.
Semua minyak nabati dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar namun dengan proses-proses pengolahan tertentu. Pada Tabel dibawah menunjukkan berbagai macam tanaman penghasil minyak nabati serta produktifitas yang dihasilkannya.
Tanaman penghasil minyak nabati serta produktifitasnya
Nama Indo | Nama Inggris | Nama Latin | Kg-/ha/thn |
Sawit | Oil palm | Elaeis guineensis | 5000 |
Kelapa | Coconut | Cocos nucifera | 2260 |
Alpokat | Avocado | Persea americana | 2217 |
K. Brazil | Brazil nut | Bertholletia excelsa | 2010 |
K. Makadam | Macadamia nut | Macadamia ternif. | 1887 |
Jarak pagar | Physic nut | Jatropha curcas | 1590 |
Jojoba | Jojoba | Simmondsia califor. | 1528 |
K. pekan | Pecan nut | Carya pecan | 1505 |
Jarak kaliki | Castor | Ricinus communis | 1188 |
Zaitun | Olive | Olea europea | 1019 |
Kanola | Rapeseed | Brassica napus | 1000 |
Opium | Poppy | Papaver somniferum | 978 |
0 comments:
Post a Comment