Berpikir Kritis (critical thinking) adalah sinonim dari pengambilan keputusan (decision making), perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan pemecahan masalah (problem solving).
Berpikir kritis mengandung makna sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan dilakukan secara mandiri (Peter Facione, ). Proses perumusan alasan dan pertimbangan mengenai fakta, keadaan, konsep, metode dan kriteria. Richard Paul mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses merumuskan alasan yang tertib secara aktif dan terampil dari menyusun konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mengintegrasikan (sintesis), atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui proses pengamatan, pengalaman, refleksi, pemberian alasan (reasoning) atau komunikasi sebagai dasar dalam menentukan tindakan.
Berpikir kritis dapat muncul kapanpun diperlukan suatu penilaian, keputusan, atau penyelesaian sebuah masalah secara umum. Kapan pun seseorang perlu berusaha untuk mengetahui apa yang perlu dipercaya, apa yang perlu diketahui alasannya. Proses itu melalui usaha dan reflektif seperti membaca, menulis, berbicara dan mendengar. Semua dapat dilakukan secara kritis maupun tidak. Berpikir kritis sangat penting terutama untuk menjadi pembaca yang cermat dan penulis kreatif. Dari uraian ini kita mengetahui bahwa secara umum, berpikir kritis merupakan ”sebuah cara mengatasi permasalahan kehidupan”.
Proses Berpikir KritisProses berpikir kritis bermula dari ilmu pengetahuan. Semua dimulai dengan mengetahui serta meningkatkan pemahaman mengenai topik yang dipikirkan. Contoh, jika kita berpikir mengenai bagaimana cara memperbaiki mesin, kita pasti memerlukan pengetahuan mengenai cara kerja mesin bekerja dan sumber permasalahan.
Tahap berikutnya adalah meningkatkan pemahaman. Ini adalah tahap seseorang mengerti tentang apa yang dipikirkannya. Jika kita tidak dapat memahami apa yang kita pikirkan, maka kita sesungguhnya tidak dapat memikirkannya secara efektif.
Langkah berikutnya adalah aplikasi. Jika anda tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan pengetahuan pada kehidupan nyata, menerapkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kehidupan, maka anda sesungguhnya tidak mengehui pentingnya memikirkan suatu topik. Oleh karena itu, carilah sesuatu yang bermanfaat untuk anda pikirkan.
Setelah semua langkah di atas dilalui maka tahap selanjutnya adalah analisis topik yang sedang anda pikirkan. Membagi informasi ke dalam kategori dan sub kategori. Memilih dan memilah berbagai hal yang masuk ke dalam bagian yang lebih penting.
Langkah kedua terakhir dari berpikir kritis adalah sintesis. Ini adalah langkah dalam mengorganisir, menyusun konsep, menggubah (menyusun), dan menciptakan hal baru yang anda kembangkan dari yang sudah ada.
Langkah paling akhir adalah evaluasi. Lihat kembali produk akhir anda. Jika anda menyukainya, maka tuntaskan. Jika tidak, kembali ke langkah awal dengan sasaran dan tujuan yang berbeda. Ingat, jangan menyelesaikan sesuatu yang anda tidak sukai. Jika akhirnya menghasilkan pemikiran atau penerapan yang anda sukai, maka gunakanlah !
Model di atas menggambarkan tahap-tahap berpikir kritis yang digunakan dalam pentahapan dalam ranah kognitif Bloom. Dalam pengembangan yang terakhir justru evaluasi tidak menjadi puncak kemampuan berpikir kritis. Puncak yang sesunggunya adalah kemampuan untuk mengubah ide menjadi karya yang inovatif.
Langkah – langkah sederhana ini telah dideskripsikan dalam beberapa langkah oleh Wolcott dan Lynch. Jika proses ini digunakan di sekolah , maka siswa hendaknya memulai proses berpikir kritis dengan langkah 1 dan dengan latihan beralih menuju langkah 2 serta jenjang selanjutnya.
Langkah 1 | Mengidentifikasi masalah, informasi yang relevan dan semua dugaan tentang masalah tersebut. Ini termasuk kesadaran akan kemungkinan adanya lebih dari satu solusi. |
Langkah 3 | Mengeksplorasi interpretasi dan mengidentifikasi hubungan yang ada. Ini termasuk mengenali bias/prasangka yang ada, menghubungkan alasan yang terkait dengan berbagai alternatif pandangan dan mengorganisir informasi yang ada sehingga menghasilkan data yang berarti. |
Langkah 3 | Menentukan prioritas alternatif yang ada dan mengkomunikasikan kesimpulan. Ini termasuk proses menganalisis dengan cermat dalam mengembangkan panduan yang dipakai untuk menentukan faktor, dan mempertahankan solusi yang terpilih. |
Langkah 4 | Mengintegrasikan, memonitor dan menyaring strategi untuk penanganan ulang masalah. Ini termasuk mengetahui pembatasan dari solusi yang terpilih dan mengembangkan sebuah proses berkelanjutan untuk membangkitkan dan menggunakan informasi baru. |
Tentukan masalah yang mungkin dihadapi siswa baikyang secara langsung dengan bahan pelajaran atau tugas yang terkait dengan kondisi atau situasi pribadi. Koran atau sumber informasi dari internet merupakan salah satu sumber masalah yang ada di kehidupan nyata yang sangat beragam. Pilih objek yang dapat siswa lihat relevansi atau keterkaitannya.
Contoh Umum
Seorang guru biologi dapat mengajukan masalah mengenai kloning manusia atau pembuatan bendungan untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan. Kedua topik tersebut bisa mengundang beragam jenis pendapat dan dapat dijawaban dengan fakta-fakta pendukung yang ada. Informasi tentang itu dapat dilihat dari berbagai faktor, di antaranya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, penelitian dari pihak akademisi, laporan LSM lingkungan hidup, dan sebagainya.
Tujuan pelatihan bukan untuk menemukan jawaban yang tepat, tetapi lebih kepada melatih proses berpikir kritis untuk mengembangkan kemampuan menemukan berbagai kebenaran sebagai alternatif. Memilih alternatif terbaik dan paling sedikit kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.
Siswa selanjutnya diminta untuk memutuskan apa yang pertama kali mereka pikirkan, mereka harus mengungkapkan pula argumennya, mengapa hal itu penting untuk menjadi bahan pemikiran awal, siswa perlu mendukung argumentasinya dengan mencari pandangan dan bukti-bukti lain. Akhirnya mereka harus memenutuskan alternatif mana yang paling logis untuk diterapkan, pendapat mana yang paling tepat menurut mereka.
Masalah yang mendasari cara berpikir kritis sangat bergantung pada jenis pelajaran. Pendidik dapat mengarahkan siswa untuk melengkapi aktivitas dan menetapkan pendapat mereka pada saat awal pelajaran. Kemudian, sebagai materi tambahan, pendapat, dan pandangan dirangkum selama proses pengajaran. Ssiswa juga diminta untuk menjawab pertanyaan yang sama di akhir pelajaran untuk menentukan apakah semua jawaban dapat mereka kembangkan secara kritis.
Sembilan tips mengembangkan kompetensi berpikir kritis:
1. Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru.
2. Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang berbeda.
3. Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis.
4. Menanyakan hal-hal yang anda anggap tidak masuk akal.
5. Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang anda buat.
6. Jangan berargumen tentang sesuatu yang anda tidak mengerti.
7. Kembangkanlah kosakata yang tepat untuk penyampaian dan pengertian ide yang lebih baik
8. Mengetahui ketika anda memerlukan informasi lebih lanjut.
9. Mengetahui perbedaan antara kesimpulan yang dapat dan harus benar.
Latihan
Siswa perlu merumuskan satu jawaban yang tepat dari masalah yang dihadapinya. Untuk itu, siswa membutuhkan panduan berpikir secara sistematis. Guru menyediakan informasi mengenai berbagai pendekatan atau sudut pandang terhadap masalah. Juga dapat menyediakan perangkat pertanyaan untuk membantu siswa melewati setahap demi setahap.Penugasan juga dapat dilakikan secara terpisah, satu kali penugasan dimulai dengan Level 1 atau dapat juga berupa satu semester panjang yang dimulai dengan level 1 dan berlanjut ke langkah yang lebih tinggi dengan mengumpulkan serta membagi informasi secara bersama-sama di antara para siswa.
Empat Pertanyaan. Wolcott dan Lynch menyarankan untuk memulai pertanyaan sebagai berikut kepada para siswa :
1. Apa pendapat kalian tentang masalah ini ?
2. Apa yang menjadi landasan pendapat kalian ?
3. Apakah memungkinkan untuk menguji? Apakah pendapat kalian benar ? Jika iya, bagaimana caranya ? Jika tidak, mengapa begitu ?
4. Bagaimana bisa berbeda pendapat tentang masalah ini ?
Langkah utama penugasan dapat dimulai dengan menentukan butir-butir penugasan yang berpotensi penting dalam memandu siswa melewati tiap langkahnya berpikir kritis seperti contoh di bawah ini:
Langkah 1 : Identifikasi masalah, informasi yang relevan atau tidak menentu. |
|
Langkah 2 : Mengeksplorasi interpretasi dan koneksi |
|
Langkah 3 : Memprioritaskan alternative dan mengkomunikasikan kesimpulan |
|
Langkah 4 : Mengintegrasikan. Memantau, dan menyaring strategi untuk penanganan ulang masalah. |
|
Siswa mungkin memiliki ketidaknyamanan dengan proses ini karena mereka berusaha memikirkan jawaban yang diharapkan pembimbing. Penting agar dipertimbangkan dalam hal ini pendidik tidak perlu memberikan peringkat nilai, tetapi bagaimana cara mereka menjawab butir-butir yang ada dan bagaimana mereka mampu menjawab masing-masing pertanyaan yang ada yang ujungnya adalah mereka menentukan solusi alternatif yang menurut pertimbangan mereka paling logis.
Keunggulan sekolah pada prinsipnya ditentukan oleh dua hal utama yaitu efektivitas pengembangan keterampilan siswa berpikir kritis dan pengembangan penguasaan ilmu pengetahuan. Integrasi antara keduanya menghasilan prestasi.
0 comments:
Post a Comment