Penggunaan energi fosil akhir-akhir ini khususnya di Negara berkembang mengalami kenaikan yang cukup signifi kan. Sebagai contohnya adalah negara Indonesia, kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin lama semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengn bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di suatu negara, semakin besar jumlah kendaraan maka ketergantungan negara tersebut terhadap bahan bakar fosil akan semain besar pula.
Di kota-kota besar di negara berkembang, tingkat permintaan akan Bahan Bakar Minyak semakin besar. Seperti terjadi di kota Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Semarang, bahan bakar minyak seakan - akan menjadi kebutuhan pokok dan sangat bergantung terhadap ketersediaannya di pom-pom bensin. Ini dapat di buktikan dengan banyaknya terjadi demonstrasi massa yang dapat memicu keributan di kota-kota besar, jika terjadi kekurangan suplai bahan bakar minyak atau kelangkaan baban bakar minyak di pasaran..
Kendaraan yang menjadi pengguna bahan bakar minyak sangat bervariasi jenisnya. Mulai dari yang sudah tua, sampai yang baru saja di produksi sama-sama menggunakan bahan bakar minyak. Kualitas emisi kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar mi nyak bervariasi menurut jenis, pabrik, dan tahun pembuatannya. Semakin baru kendaraan tersebut, semakin irit BBM dan emisi yang dihasilkan akan lebih baik. Kualitas emisi ini merupakan sorotan utama yang sangat berpengaruh dalam perubahan lingkungan.
Bahan bakar minyak merupakan rantai senyawa hidrokarbon, yang terdiri dari . Yang secara umum di tuliskan dalam rumus kimia CxHyOz yang apabila bereaksi (terbakar ) dengan oksigen akan mengalami reaksi sebagai berikut :
1. Terbakar sempurna CxHy + O2 CO2 + H2O
2. Tidak terbakar sempurna CxHy + O2 CO2 + CO + H2O
Kedua reaksi ini akan menghasilkan produk CO2 yang yang dapat menyebabkan hujan asam (H2CO3). Ini terjadi karena gas CO2 jika bereaksi dengan uap air akan menghasilkan H2CO3. Sedangkan efek langsungnya dari gas tersebut adalah dapat menimbulkan batuk-batuk dan kabut asap yang tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang. Sebaliknya gas CO memiliki efek yang lebih berbahaya jika di bandingkan dengan CO2 , karena gas CO dapat mengakibatkan seseorang mengalami sesak nafas jika menghirupnya dalam jumlah kecil, dan dapat mengakibatkan pingsan jika menghirup dalam jumlah besar. Selain itu gas CO2 juga dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan global.
Selain itu pada bahan bakar minyak juga mengandung unsur-unsur lain dalam jumlah kecil seperti Nitrogen (N), Sulfur (S) maupun bahan lain sebagai tambahan seperi timbal (Pb). Nitrogen dan Sulfur memiliki efek yang hampir sama dengan Karbon jika bereaksi dengan H2O yaitu akan menimbulkan hujan asam. Hanya saja perbedaannya terletak pada keasaman hujan yang di timbulkannya. HNO3 dan H2SO4 yang merupakan hasil dari reaksi antara Nitrogen dan Sulfur dengan air memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan H2CO3 . Sedangkan timbal (Pb) pada bensin digunakan untuk mempertinggi kualitas bahan bakar minyak khususnya bensin, dapat menimbulkan kanker bagi manusia
Di kota-kota besar di negara berkembang, tingkat permintaan akan Bahan Bakar Minyak semakin besar. Seperti terjadi di kota Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Semarang, bahan bakar minyak seakan - akan menjadi kebutuhan pokok dan sangat bergantung terhadap ketersediaannya di pom-pom bensin. Ini dapat di buktikan dengan banyaknya terjadi demonstrasi massa yang dapat memicu keributan di kota-kota besar, jika terjadi kekurangan suplai bahan bakar minyak atau kelangkaan baban bakar minyak di pasaran..
Kendaraan yang menjadi pengguna bahan bakar minyak sangat bervariasi jenisnya. Mulai dari yang sudah tua, sampai yang baru saja di produksi sama-sama menggunakan bahan bakar minyak. Kualitas emisi kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar mi nyak bervariasi menurut jenis, pabrik, dan tahun pembuatannya. Semakin baru kendaraan tersebut, semakin irit BBM dan emisi yang dihasilkan akan lebih baik. Kualitas emisi ini merupakan sorotan utama yang sangat berpengaruh dalam perubahan lingkungan.
Bahan bakar minyak merupakan rantai senyawa hidrokarbon, yang terdiri dari . Yang secara umum di tuliskan dalam rumus kimia CxHyOz yang apabila bereaksi (terbakar ) dengan oksigen akan mengalami reaksi sebagai berikut :
1. Terbakar sempurna CxHy + O2 CO2 + H2O
2. Tidak terbakar sempurna CxHy + O2 CO2 + CO + H2O
Kedua reaksi ini akan menghasilkan produk CO2 yang yang dapat menyebabkan hujan asam (H2CO3). Ini terjadi karena gas CO2 jika bereaksi dengan uap air akan menghasilkan H2CO3. Sedangkan efek langsungnya dari gas tersebut adalah dapat menimbulkan batuk-batuk dan kabut asap yang tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang. Sebaliknya gas CO memiliki efek yang lebih berbahaya jika di bandingkan dengan CO2 , karena gas CO dapat mengakibatkan seseorang mengalami sesak nafas jika menghirupnya dalam jumlah kecil, dan dapat mengakibatkan pingsan jika menghirup dalam jumlah besar. Selain itu gas CO2 juga dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan global.
Selain itu pada bahan bakar minyak juga mengandung unsur-unsur lain dalam jumlah kecil seperti Nitrogen (N), Sulfur (S) maupun bahan lain sebagai tambahan seperi timbal (Pb). Nitrogen dan Sulfur memiliki efek yang hampir sama dengan Karbon jika bereaksi dengan H2O yaitu akan menimbulkan hujan asam. Hanya saja perbedaannya terletak pada keasaman hujan yang di timbulkannya. HNO3 dan H2SO4 yang merupakan hasil dari reaksi antara Nitrogen dan Sulfur dengan air memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan H2CO3 . Sedangkan timbal (Pb) pada bensin digunakan untuk mempertinggi kualitas bahan bakar minyak khususnya bensin, dapat menimbulkan kanker bagi manusia
1. Global Warming
Dampak dari pemanasan global pada era pra-industri, menurut perkiraaan telah meningkatkan suhu rata-rata bumi yaitu 1-5oC. Perkembangan ekonomi dunia memperkirakan akan teradi peningkatkan konsumsi bahan bakar minyak (fosil), ini akan menyebabkan emisi gas CO2 ke udara akan semakin meningkat antara 0,3 – 2 %. Akibatnya akan terjadi pemanasan global antara 1,5 – 4,50 C sekitar tahun 2030.
2. Hujan Asam
3. Dampak Gas CO
Udara merupakan campuran gas yang terdapat pada lapisan atmosfer. Komposisi dari campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Komponen yang konsentrasinya paling bervarias atau selalu mengalami perubahani adalah air yang berupa uap air dan karbon dioksida. Jumlah air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu. Udara mengandung sejumlah oksigen, yang merupakan komponen paling esensial bagi kehidupan makhuk hidup. Udara yang normal merupakan campuran gas-gas meliputi 78 % N2; 20 % O2; 0,93 % Ar ; 0,03 % CO2 dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara tersebut sudah tercemar/terpolusi. Giddings (1973) mengemukakan bahwa atmosfir pada keadaan bersih dan kering akan didominasi oleh ' gas penyusun atmosfir, yaitu 78,09% N2; 20,95% O2; 0,93% Ar; seperti dapat dilihat pada Tabel IV.1. di bawah ini.
Tabel IV.1. Komposisi udara kering dan bersihKonsentrasi dalam volume
Komponen | (ppm) | (%) |
Nitrogen (N2) | 780.900 | 78,09 |
Oksigen (O2) | 209.500 | 20,95 |
Argon (Ar) | 9.300 | 0,93 |
Karbon dioksida (CO2) | 320 | 0,032 |
Neon (Ne) | 18 | 1,8 x 10-3 |
Helium (He) | 5,2 | 5,2 x 10-1 |
Metana (CH') | 1,5 | 1,5 x 10-1 |
Kripton (Kr) | 1,0 | 1,0 x 10-1 |
H2 | 0,5 | 5,0 x 10-5 |
H2O | 0,2 | 2,0 x 10-5 |
CO | 0,1 | 1,0 x 10-5 |
Xe | 0,08 | 8,0 x 10-6 |
O3 | 0,02 | 2,0 x 10-6 |
NH3 | 0,006 | 6,0 x 10-7 |
NO2 | 0,001 | 1,0 x 10-7 |
NO | 0,0006 | 6,0 x 10-8 |
SO2 | 0,0002 | 2,0 x 10-8 |
H2S | 0,0002 | 2,0 x 10-8 |
Udara yang belum tercemar selain mengandung uap air, gas-gas innert juga mengandung aerosol yaitu campuran partikel-partikel padat dan cair yang sangat halus. Aerosol berupa partikel cair atau padat yang tersuspensi di dalam gas. Ukuran partikel aerosol antara 0,00 1 – 100 um. Partikel-partikel yang berdiameter kurang dari 2,5 um pada umumnya dianggap halus dan partikel yang berdiameter lebih besar dari 2,5 um dianggap kasar. Pada udara, selain gas juga terdapat aerosol yang terdiri dari partikel debu, abu, garam, dan asap.
Pada umumnya, kota-kota besar mempunyai konsentrasi aerosol yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan di lautan. Sumber aerosol ada dua macam, yaitu primer dan sekunder. Aerosol primer, yaitu aerosol yang dikeluarkan langsung dari berbagai sumber (contoh : debu yang terbawa oleh udara sebagai akibat adanya angin atau partikel-partikel asap yang dikeluarkan dari ceroong asap). Aerosol sekunder mengikuti pada partikel-partikel yang dihasilkan di dalam atmosfir yang mengalami reaksi-reaksi kimia dari komponenkomponen gas.
Gas-gas yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO), dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organikseperti metana dan kloro fluoro karbon (CFC). Dalam tabel IV.3 berikut ditampilkan kontribusi gas-gas pada eek Rumah Kaca dan Sumber emisi Global.
Tabel IV.3 Kontribusi Gas-gas pada Efek rumah Kaca dan Sumber Emisi Global
Gas | Kntribusi pada efek rumah kaca | Sumber emisi Global | Prosentase (%) |
CO2 | 45 – 50 % | Batu bara Minyak Bumi Gas alam Penggundulan hutan Lainnya | 29 29 11 20 10 |
CH4 | 10 – 20 % |
2. Hujan Asam
Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang sangat serius yang harus benar-benar difikirkan oleh umat manusia. Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan tentang turunnya asam dari atmosfir ke bumi.Turunnya asam dari atmosfir ke bumi sebenarnya bukan hanya dalam kondisi “basah” Tetapi juga “kering” dan dikenal dengan istilah deposisi ( penurunan / pengendapan ) basah dan deposisi kering.
Deposisi basah mengacu pada hujan asam, kabut dan salju. Pada saat hujan asam turun dan mengenai tanah, hujan tersebut dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan, tergantung dari konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah , buffering capacity (kemampuan air atau tanah untuk menahan perubahan pH ), dan jenis tumbuhan/hewan yang terkena. Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfir jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin akan membawa gas dan partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah dan pohon.
Hujan asam mempunyai andil pada beberapa jenis kerusakan .
1. Kerusakan hutan dan kelangsungan pertumbuhan hutan
2. Kerusakan hasil panen sejumlak tembakau, gandum dan hasil panen kedelai akan rusak karena pengendapan belerang.
3. Dunia tumbuh-tumbuhan dan binatang ( land based ) juga terpengaruh, khususnya didekat pusat kependudukan mengurangi biodiversity local.
4. Pada bangunan akan terjadi pengkaratan dari pengendapan asam, sehingga menyebabkan perawatan tambahan.
5. SOX dan NOX juga mempunyai implikasi terhadap percepatan buruknya kesehatan , terutama pada penyakit pernapasan. Besar akibatnya, dapat menimbulkan pengasaman danau dan berpengaruh terhadap populasi ikan.
3. Dampak Gas CO
Atom karbon dan oksigen dapat membentuk senyawa karbon monokssida (CO) yang merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna dari kendaran bermotor. Salah satu faktor penyebab pembakaran yang tidak sempurna pada kendaraan adalah kurangnya jumlah atom Oksigen, reaksi yang terjadi pada pembakaran hidrokarbon membentuk CO
Senyawa karbon monoksida mempunyai sifat yaitu tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu kamar berbentuk gas yang tidak berwarna.
Kadar CO di udara tergantung dari jumlah emisi yang dihasilkan pada suatu daerah, sebagi contoh daerah perkotaan akan menghasilkan emisi gas CO lebih banyak dibandingkan pada pedesaan, Karena pada daerah perkotaan aktivitas manusia cukup banyak, apalagi pada jam-jam sibuk, aktivitas ini berkaitan dengan transportasi. Pada jam-jam sibuk kepadatan kendaraan bermotor akan meningkat abibatnya pada jam-jam sibuk inilah emisi gas CO yang dihasilkan akan cukup banyak. Pada jam-jam sibuk di daerah perkotaan konsentrasi gas CO dapat mencapai 50-100 ppm.
Gas CO dapat bersifat sebagai racun, karena di dalam tubuh dapat mengikat oksigen dari hemoglobin meenghasilkan karboksi hemoglobin
Dampak dari CO akan bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang. Pada beberapa oarang yang memiliki berat badan yang besar (gemuk) mungkin dapat mentolelir kadar HbCO di dalam darahnya, tetapi bagi seseorang yang punya penyakit jantung atau paru-paru akan berakibat fatal.
Adanya gas CO di dalam darah akan memberikan berbagai pengaruh atau gangguan yang sesuai dengan tingkat konsentasinya, pada tabel IV.5 ditampilkan pengaruh kenaikan konsentasi CO di dalam darah. Kenaikan CO akan mengabibatkan menrunnya fungsi sitem saraf sentral, perubahan-perubahan fungsi jantung dan paru-paru, menantuk, koma, sesak nafas dan akibat yang paling fatal adalah meningal dunia
0 comments:
Post a Comment