Argentometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan. Titrasi ini terbatas pada reaksi antara ion Ag+ dengan anion-anion X- yaitu : halida, tiosianat dan sianida. Pada titrasi ini AgNO3 digunakan sebagai larutan standar.
Ag+ + X- AgX(p)
Suatu reaksi pengendapn berkesudahan bila endapan yang terbentuk mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Di dekat titik ekivalennya akan terjadi perubahan besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi. Untuk menunjukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan dipergunakan suatu indikator yang baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi dipergunakan dengan berhasil baik untuk titirasi pengendapan ini.
Dalam titrasi pengendapan dikenal tiga metode yaitu
(1) Metode Mohr, Yang didsarkan pada pembentukan endapan yang berwarna.
Metode Mohr cukup akurat jika digunakan pada konsentrasi klorida rendah. Pada titrasi ini, endapan indicator berwarna harus lebih larut dibanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Akan tetapi tidak boleh terlalu banyak laru, karena akan diperlukan lebih banyak pereaksi dari yang seharusnya.
(2) metode Volhard, yang didasarkan pada pembentukan larutan senyawa kompleks
Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titran dan Fe3+ sebagai indicator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titran dan Ag, membentuk endapan
Ag+ + SCN- AgSCN
Karena titrannya SCN dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag atau SCN-, sedang untuk anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali.
(3) metode Fajans yang didasarkan pada penyerapan indikator berwarna oleh endapan pada titik ekivalen.
Metode Fajans menggunakan senyawa organik yang dapat diserap (adsorpsi) pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung. Zat yang diserap pada permukaan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai. Suatu kesulitan dalam menggunakan indicator adsorpsi adalah banyak diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya dan menyebabkan endapan terurai. Titrasi menggunakan indicator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya. Sebaliknya penerapan agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid dan juga harus terbentuk dengan cepat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendeteksian titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi akan mudah teramati bila penambahan sedikit titran menyebabkan perubahan besar pAg. Oleh karena itu diperhatikan varibel-variabel yang dapat menyebabkan perubahan besar pAg.
konsentrasi. Semakin kecil konsentrasi analit dan titran, semakin kecil pula rentang penurunan pAg pada titik ekivalen.
kelarutan. Semakin kecil harga Ksp, semakin besar rentang perubahan pAg dekat titik ekivalen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :
temperatur. Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur, kadangkala endapan yang baik terbentuk pada larutan panas. Tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh temperatur.
Sifat pelarut. Garam-garam anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya kelarutan dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
Efek ion sejenis. Kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp. Baik kation atau anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan garam bertambah.
Efek ion-ion lain. Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam betral atau efek aktivitas. Semakin kecil efek aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan.
Pengaruh hidrolisis. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H+). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
Pengaruh kompleks. Kelarutan garam yang sedikit merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika reksinya berlangsung cepat, dan kuntitatif serta titk akhir dapat terdeteksi. Beberapa reksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi argentometri tidak dapat menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen, reaksi samping tidak boleh terjadi, demikian juga kopresipitasi.
Titrasi argentometri dapat digunakan untuk analisis ion klorida dalam air minum. Untuk analisis klorida dalam air minum, pertama adalah mengukur 100 ml air minum dengan gelas ukur dan pindahkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml. pH diatur dengan menggunakan universal indicator hingga pH 7-10. larutan K2CrO4 10% aduk dengan baik, kemudian titrasi dengan larutan standar AgNO3 hingga terbentuk warna merah cokelat yang tetap.
Hal ini penting diketahui, karena kadar atau kensentrasi ion klorida dalam air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI. Air minum yang baik harus mengandung ion klorida tidak lebih dari 250 ppm. Bila air minum mengandung lebih dari batas yang telah ditentukan, selain air berasa asin juga akan menyebabkan karat pada pipa besi. Untuk mengetahui apakah air layak dikonsumsi, titrasi argentometri dapat membantu kita. Hal inilah yang mendasari kenapa titrasi argentometri penting.
0 comments:
Post a Comment