Monday, 19 December 2011

Pendidikan Entrepreneurship


Abad 21 membuka persaingan kehidupan antar bangsa semakin meluas, dan berdampak langsung secara serius terhadap tuntutan peningkatan kualitas SDM melalui penyelenggaraan sistem dan model pendidikan yang bermutu, dan mampu menyiapkan SDM dalam menghadapi tantangan zaman.
Di USA, Eropa dan banyak negara-negara lainnya menempatkan pilihan model pendidikan entrepreneurship sebagai upaya untuk memersiapkan SDM yang dapat menjawab tantangan hidup di era globalisasi ini. Alasan utama di sebagian besar negara tersebut adalah akibat resesi ekonomi serta banyaknya pengangguran yang semakin meningkat bersamaan dengan bertambahnya lulusan sekolah setiap tahun. Selain alasan tersebut, saat ini para pengambil keputusan di banyak negara mulai menyadari peranan nyata entrepreneurship terhadap pertumbuhan ekonomi terutama di kawasan regional. Hal ini mengindikasi bahwa pertumbuhan entrepreneursip baru adalah solusi untuk menekan laju pengangguran dan sebagai upaya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi bagi kemakmuran masyarakat.


Apakah yang dimaksud dengan  entrepreneurship ?  Banyak yang memberikan  pengertian  secara sempit, yaitu hanya sebagai ketrampilan dan pengetahuan dalam hubungannya dengan membuka lahan bisnis yang baru. Pengertian entrepreneur yang dihubungkan langsung dengan dunia bisnis akan membatasi pengertian yang asli dari entrepreneurship. Istilah entrepreneur dari padanan kata dalam bahasa Inggris, dan berasal dari bahasa Perancis ENTREPRENDRE, yang artinya menjalankan, melakukan, dan berusaha. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai WIRAUSAHA. WIRA berarti gagah berani,  Usaha berarti tindakan untuk mencapai suatu hasil. Jadi WIRAUSAHA adalah orang yang gagah berani atau perkasa dalam menekuni usaha untuk mencapai hasil.




Definisi entrepreneur menurut beberapa ahli
•    Peter F Drucker
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
•    Thomas W Zimmerer
Penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.
•    Andrew J Dubrin
Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif
•    Ciputra 
Seseorang yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas

Dari definisi di atas diatas, setidaknya dalam entrepreneur  terdapat 4 hal penting yang dapat diidentifikasi:
1.    Penangkap peluang , berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya.
2.    Inovatif, mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru, produk baru atau cara baru dalam melakukan usaha.
3.    Berani mengambil resiko, mempertimbangkan berbagai resiko yang ada dengan upaya antisipatif untuk meminimalisasi.
4.     Selalu bertumbuh, mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan usahanya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan  sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan inovasi produk dan pendekatan baru .

Ciri-ciri entrepreneur terbaik menurut Ciputra
1.    Diperhitungkan dalam komunitasnya, ia mempunyai sebuah “visi” atau impian masa depan yang mencengangkan dan menggairahkan dirinya. Seorang entrepreneur adalah seorang “innovator”, ia dapat menciptakan dan menemukan caranya sendiri untuk meraih visi besar itu. Dapat disimpulkan bahwa : “Seorang entrepreneur adalah seorang yang inovatif dan mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya”.
2.    Seorang entrepreneur akan mengubah padang ilalang menjadi kota baru, pembuangan sampah menjadi resort yang indah, kawasan kumuh menjadi pencakar langit tempat ribuan orang bekerja. Entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas.” Dia sanggup“memikul” resiko” baik itu rugi maupun gagal.
3.     Seorang entrepreneur sejati adalah seorang pelopor, seorang penjelajah sejati atau juga seorang pendaki gunung yang tidak pernah mendaki sebuah gunung untuk kedua kalinya. Mereka bermimpi, bersemangat, bergerak maju menyambut  tantangan dan tidak gentar memikul resiko yang telah ia perhitungkan. Ringkasnya entrepreneur sejati berani rugi, berani malu dan juga berani terkenal.

Bagaimana membentuk seorang entrepreneur ?
Yang dapat membentuk seorang entrepreneur yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas  ditentukan oleh faktor-faktor keluarga, lingkungan dan latihan.
1.    Keluarga
Seseorang yang terlahir dari keluarga entrepreneur memiliki keuntungan besar, karena akan menginternalisasi nilai-nilai entrepreneurship sejak dini. Dia mengalami atmosfer entrepreneurship dalam jangka waktu cukup panjang,  sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan untuk berentrepreneur dan karena itu dia lebih mudah menjadi entrepreneur.
2.    Lingkungan.
Mungkin seseorang tidak lahir dari keluarga entrepreneur, tetapi dia berada dalam lingkungan sosial atau pertemanan yang sangat kondusif terhadap entrepreneurship. Nilai-nilai dan kebiasaan entrepreneur tentunya akan masuk dan terserap melalui pergaulan sehari-hari. Sebagai contoh, para profesional yang bekerja di lembaga-lembaga yang sangat entrepreneurial. Selama bertahun-tahun bekerja, jiwa dan kecakapan entrepreneurship akan tertanam, karena lingkungan seperti itulah yang mereka jumpai setiap hari.
3.    Latihan dan pendidikan.
Ini merupakan upaya secara sengaja yang terstruktur untuk membangun mind set entrepreneur dan kecakapan untuk melakukan tindakan-tindakan entrepreneurial.
Seseorang yang dalam hidupnya mengalami tiga faktor tersebut diatas,  akan siap untuk mengambil peran sebagai entrepreneur sukses.
Dapatkah kita menghasilkan manusia-manusia masa depan pengubah sampah menjadi emas?
Hal ini sangat  mungkin meski perlu waktu yang panjang, mungkin bisa 25 tahun,  yaitu dengan strategi utama melalui kebijakan di bidang pendidikan.
Pendidikan entrepreneurship di Amerika tumbuh secara pesat di tahun 1950an dan awal 1960an yang dimotori oleh Mc Clelland's.   Bertahun-tahun pendidikan entrepreneurship memegang peranan penting dalam bisnis sampai akhirnya pemerintah Amerika pada awal tahun 1990an menyatakan bahwa pendidikan entrepreneurship menduduki peringkat ke 6 faktor utama dari 60 faktor yang direkomendasikan untuk memecahkan permasalahan dalam pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Banyak pemahaman yang ada di Amerika utara tentang pendidikan entrepreneurship, namun  pada prinsipnya di arahkan untuk mendorong tumbuhnya kreasi bisnis yang indipenden sesuai dengan kultur yang berkembang di sana.
Di berbagai negara, pemerintahnya berupaya dengan berbagai cara untuk memfasilitasi bertumbuh kembangnya entrepreneurship, dan salah satu cara utamanya adalah melalui pengembangan model pendidikan entrepreneurship.

Masalah pengangguran di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kualias SDM, dan kualitas SDM tidak dapat dipisahkan dengan kualitas pendidikan. Jadi untuk mengatasi pengangguran salah satu bentuk pendekatan yang sangat strategis adalah melalui pendidikan. Ciputra menawarkan alternatif solusi terhadap masalah lapangan kerja, pengangguran dan kemiskinan melalui pendidikan entrepreneurship pada pendidikan formal.
Beberapa alasan yang dikemukanan antara lain adalah:
Pertama, dengan model pendidikan entrepreneurship berarti memersiapkan generasi yang mampu menciptakan lapangan kerja serta berwirausaha. Pada gilirannya akan lahir entrepreneur-entrepreneur baru yang dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Kedua, entrepreneurship dapat mengatasi secara  massal terhadap pengangguran dan kemiskinan, sekaligus menjadi tangga menuju impian setiap warga masyarakat mencapai kemandirian  finansial serta membangun kemakmuran. Lalu secara bersama-sama mewujudkan masyarakat makmur - sejahtera
Ketiga, output pendidikan selama ini terbukti kurang mampu mengantarkan lulusan ke pasar kerja. Maka dunia pendidikan  perlu inovasi dengan mengimplementasikan model pendidikan entrepreneur.

Namun demikian, dalam hal  mengimplementasi pendidikan entrepreneurship pada pendidikan formal harus  memerhatikan dua hal penting:
Pertama, berorientasi pada tujuan pendidikan entrepreneurship yaitu untuk menghasilkan entrepreneur-entrepreneur baru yang dibangun secara holistik, bukan sekedar menghasilkan siswa yang  mengerti tentang  entrepreneur.
Kedua, berkenaan dengan output yaitu dapat melahirkan manusia-manusia kreatif dan inovatif, mampu membuka lapangan kerja, dan meningkatkan martabat serta kesejahteraan pribadi, keluarga maupun masyarakat pada umumnya.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan bahwa Depdiknas sedang menyusun kurikulum tentang kewirausahaan yang diharapkan selesai akhir Januari 2010 dan dapat dipraktikkan mulai tahun ajaran 2010/2011. ”Ini termasuk program 100 hari,” kata Nuh seusai rapat tingkat menteri hasil Rembuk Nasional 2009 di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. (KOMPAS, Selasa, 3 November 2009).
World Economy Forum (WEF) dalam pertemuan di Davos beberapa waktu yang lalu dalam laporannya telah juga menyatakan bahwa pendidikan entrepreneurship harus dikerjakan secara menyeluruh dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Tentunya kita semua yang terpanggil di ladang  pendidikan, sehati dan sepikir dalam satu tekad  untuk memfasilitasi lahirnya generasi penerus yang siap untuk beradaptasi dalam berbagai komunitasnya, dan mampu menangkap inspirasi untuk mengungkapkan ide kreatifnya serta menginovasikan dalam karya nyata yang bermanfaat bagi pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa demi kemuliaan Tuhan Yang Maha Mulia.

1 comments:

rizalarable said...

Mantap...tapi panjang kali

 
Design by FreeWordpress Themes | Bloggerized by Lashanta - Premium Blogger Themes | Ilo Kimia Wk, SMA TN 35