Hampir jarang kita menemukan minuman fermentasi madu atau disebut mead di Indonesia, apalagi mendengar nama minuman tersebut. Jelas saja, karena minuman tersebut lebih terkenal di bagian negara Eropa. Mead merupakan salah satu minuman hasil fermentasi dari madu, proses fermentasi nya mirip dengan proses fermentasi wine (fermentasi anggur). Pembuatan mead ini sangat sederhana dan mudah tetapi kadang kala diperlukan waktu yang lama bahkan sampai beratus-ratus tahun untuk mendapatkan hasil yang sangat bagus seperti halnya pembuatan wine. Mead di dibuat dari madu, air dan di fermentasikan dengan menggunakan ragi atau khamir.
Mead sangat terkenal di kawasan Eropa Tengah, seperti halnya wine, mead digunakan para masyarakat eropa sebagai minuman yang memabukan, karena memiliki kadar alkohol yang tinggi seperti halnya wine. dalam pembuatan mead, madu dibantu oleh beberapa mikroorganisme seperti Saccharomyces cerevisiae untuk membatu memecah kandungan-kandungan yang terdapat pada madu dalam pembuatan minuman beralkohol. Misalnya glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Khasiat fermentasinya madu (mead) sudah dikenal oleh manusia berabad-abad yang lalu, manusia mengenal madu sebagai bahan konsumsi yang dapat menyehatkan tubuh, sebagai obat dan sebagai bahan perawat kecantikan. Masyarakat Yunani dan Romawi percaya dengan khasiat madu sebagai dekongestan (pelega hidung saat pilek). Madu juga memiliki sifat sedatif (penenang) yg ringan krn itu masyarakat tradisional sering mencampurkan madu pada segelas susu untuk diminum sebelum tidur. Minuman ini membuat mereka rileks dan bisa segera tidur nyenyak.
Pakar gizi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor Prof. DR. H. Muhilal, menguraikan tentang kandungan gizi madu. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap sel-sel tubuh. Asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak. Madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab penyakit infeksi.
Karbohidrat madu termasuk tipe sederhana. Rata-rata komposisinya adalah 17,1 persen air; 82,4 persen karbohidrat total; 0,5 persen protein, asam amino, vitamin, dan mineral. Karbohidrat tersebut utamanya terdiri dari 38,5 persen fruktosa dan 31 persen glukosa. Sisanya, 12,9 persen karbohidrat yang terbuat dari maltose, sukrosa, dan gula lain. Sebagai karbohidrat, satu sendok makan madu dapat memasok energi sebanyak 64 kalori.
Berkat kekayaan zat gizinya, tak heran jika madu sejak zaman dahulu digunakan sebagai obat. Bangsa Mesir kuno misalnya sudah memanfaatkan madu untuk mengobati luka bakar dan luka akibat benda tajam. Dalam penelitian ribuan tahun kemudian ditemukan sifat antiseptik ringan dan antimikrobial dari madu. Karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri itulah, madu mampu mempercepat penyembuhan luka.
“Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan, ” kata Dr. Peter Molan dari University of Waikato, New Zealand , melalui situs kesehatan.
Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit. Sebuah studi terbaru menemukan kandungan antioksidan di dalam cairan mujarab tersebut. Itu artinya madu ampuh untuk menangkal radikal bebas. Kita tahu bahwa radikal bebas menjadi penyebab terjadinya berbagai penyakit yang sulit dikontrol, salah satunya kanker. Temuan tersebut mendorong para peneliti untuk mencari tahu lebih jauh tentang zat-zat antikanker yang dikandung madu. Diharapkan berbagai penelitian terkini akan semakin mengukuhkan khasiat madu yang sangat potensial untuk menghentikan penyebaran penyakit ganas.
Mead sangat terkenal di kawasan Eropa Tengah, seperti halnya wine, mead digunakan para masyarakat eropa sebagai minuman yang memabukan, karena memiliki kadar alkohol yang tinggi seperti halnya wine. dalam pembuatan mead, madu dibantu oleh beberapa mikroorganisme seperti Saccharomyces cerevisiae untuk membatu memecah kandungan-kandungan yang terdapat pada madu dalam pembuatan minuman beralkohol. Misalnya glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Khasiat fermentasinya madu (mead) sudah dikenal oleh manusia berabad-abad yang lalu, manusia mengenal madu sebagai bahan konsumsi yang dapat menyehatkan tubuh, sebagai obat dan sebagai bahan perawat kecantikan. Masyarakat Yunani dan Romawi percaya dengan khasiat madu sebagai dekongestan (pelega hidung saat pilek). Madu juga memiliki sifat sedatif (penenang) yg ringan krn itu masyarakat tradisional sering mencampurkan madu pada segelas susu untuk diminum sebelum tidur. Minuman ini membuat mereka rileks dan bisa segera tidur nyenyak.
Pakar gizi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor Prof. DR. H. Muhilal, menguraikan tentang kandungan gizi madu. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap sel-sel tubuh. Asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak. Madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab penyakit infeksi.
Karbohidrat madu termasuk tipe sederhana. Rata-rata komposisinya adalah 17,1 persen air; 82,4 persen karbohidrat total; 0,5 persen protein, asam amino, vitamin, dan mineral. Karbohidrat tersebut utamanya terdiri dari 38,5 persen fruktosa dan 31 persen glukosa. Sisanya, 12,9 persen karbohidrat yang terbuat dari maltose, sukrosa, dan gula lain. Sebagai karbohidrat, satu sendok makan madu dapat memasok energi sebanyak 64 kalori.
Berkat kekayaan zat gizinya, tak heran jika madu sejak zaman dahulu digunakan sebagai obat. Bangsa Mesir kuno misalnya sudah memanfaatkan madu untuk mengobati luka bakar dan luka akibat benda tajam. Dalam penelitian ribuan tahun kemudian ditemukan sifat antiseptik ringan dan antimikrobial dari madu. Karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri itulah, madu mampu mempercepat penyembuhan luka.
“Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan, ” kata Dr. Peter Molan dari University of Waikato, New Zealand , melalui situs kesehatan.
Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit. Sebuah studi terbaru menemukan kandungan antioksidan di dalam cairan mujarab tersebut. Itu artinya madu ampuh untuk menangkal radikal bebas. Kita tahu bahwa radikal bebas menjadi penyebab terjadinya berbagai penyakit yang sulit dikontrol, salah satunya kanker. Temuan tersebut mendorong para peneliti untuk mencari tahu lebih jauh tentang zat-zat antikanker yang dikandung madu. Diharapkan berbagai penelitian terkini akan semakin mengukuhkan khasiat madu yang sangat potensial untuk menghentikan penyebaran penyakit ganas.
0 comments:
Post a Comment