Meningkatnya kebutuhan akan energi seiring dengan pertambahan penduduk mengakibatkan berkurangnya sumber energi dan terganggunya ekosistem di bumi akibat aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumber-sumber energi tersebut salah satunya efek rumah kaca.
Pada dasarnya sumber energi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni sumber energi terbarukan dan sumber energi tak terbarukan. Sumber daya alam tak terbarukan adalah sumber daya yang terdapat di alam, tetapi alam sulit atau tidak dapat memperbaruinya. Contoh: minyak bumi dan batu bara
Sampai saat ini reaktor nuklir sudah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Reaktor penelitian digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk penelitian. Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk memproduksi plutoniumsebagai bahan senjata nuklir.
Saat ini, semua reaktor nuklir komersial berbasis pada reaksi fisi nuklir, dan sering dipertimbangkan masalah resiko keselamatannya. Sebaliknya, beberapa kalangan menyatakan PLTN merupakan cara yang aman dan bebas polusi untuk membangkitkan listrik. Daya fusi merupakan teknologi ekperimental yang berbasi pada reaksi fusi nuklir. Ada beberapa piranti lain untuk mengendalikan reaksi nuklir, termasuk di dalamnya pembangkit thermoelektrik radioisotop dan baterai atom, yang membangkitkan panas dan daya dengan cara memanfaatkan peluruhan radioaktif pasif, seperti halnya Farnsworth-Hirsch fusor, dimana reaksi fusi nuklir terkendali digunakan untuk menghasilkan radiasi neutron.
Energi yang di hasilkan dari sebuah reaktor memanfaatkan potensi energi yang dihasilkan dari reaksi fisi (pembelahan) inti uranium dan plutonium. Penemuan ini juga berasal dari coba-cobanya para ilmuwan menembakkan neutron ke inti untuk mendapatkan inti baru, namun pada beberapa inti berat hal itu menyebabkan inti menjadi pecah (terbagi) sekaligus melepaskan neutron lain yang konsekuensinya menimbulkan panas disekitarnya. Panas ini kemudian di ambil dengan menempatkan reaksi tersebut didalam air , air yang panas tadi dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin. Untuk bagian turbinnya hampir sama dengan pembangkit listrik tenaga uap. Namun, selain panasnya yang diambil, neutron yang lepas ini juga dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti untuk mengukur dimensi dari suatu zat, untuk memutasikan tumbuhan agar didapatkan bibit unggul dan lain sebagainya
Selain itu reaksi fisi juga menyisakan unsur-unsur yang bersifat radioaktif atau meluruh (memancarkan partikel alfa, beta dan sinar gamma) dalam jangka waktu sangat lama. Radiasi yang dihasilkan sangat berbahaya bagi manusia, karena dapat memutasikan manusia secara acak. Mutasi banyak menyebabkan tumbuhnya kanker atau disfungsi organ manusia. Radiasi ini menyebabkan hal-hal mengerikan hanya dalam dosis tertentu. Radiasi ini bukan tidak bisa di kontrol. Penanganan yang baik terhadap sampah sampah sisa reaksi fisi akan menghindarkan kita dari hal-hal yang tidak diinginkan. Negara-negara pengguna energi nuklir saat ini juga sedang mencari tempat yang baik untuk mengubur sampah nuklir ini agar terhindar dari manusia dan hal-hal yang bisa dirusaknya.
Reaksi fisi bukanlah satu-satunya reaksi yang terjadi pada reaktor. Selain reaksi fisi, terjadi juga sebuah reaksi lain yang terjadi yakni reaksi fusi. Reaksi fusi mempunyai prospek yang lebih menjanjikan. Namun pemanfaatannya masih relatif sulit. Reaksi fusi adalah reaksi bergabungnya dua inti atom menjadi satu. Pada proses ini inti baru mempunyai kehilangan massa dari dua inti atom penyusunnya, kehilangan massa ini berubah menjadi energi. Saat ini inti yang sering di fusikan adalah isotop hidrogen, yaitu hidrogen yang mempunyai neotron di intinya. Bagi yang pernah melihat film Spiderman Vs Dr.Octopus, bisa kita lihat adegan reaksi fusi menggunakan metode tekanan laser. Reaksi fusi tidak menyisakan unsur radioaktif, dan otomatis relatif lebih aman. Apalagi bahan untuk reaksi ini tergolong sangat amat banyak dimuka bumi ini. Tapi lagi-lagi karena kurangnya pemahaman manusia mengenai inti membatasi kita untuk pemanfaatannya. Saat ini manusia baru mengenal metode thermo nuklir untuk melaksanakan reaksi fusi, dan yang terbaru menggunakan teknologi laser.
Salah satu aspek penerapan energi nulir yang layak untuk diperhitungkan adalah pemanfaatan energi nuklir sebagai pembangkit listrik (PLTN). Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan energi listrik yang terjadi karena berkurangnya sumber energi utama di bumi. Ali (2007) dalam salah satu artikelnya mengatakan “Pada 2025, kebutuhan listrik di Indonesia diperkirakan mencapai seratus gigawatt. Sementara kapasitas pembangkit listrik yang ada saat ini sudah mentok, sulit untuk ditingkatkan lagi”.
Saat ini PLTN merupakan salah satu penghasil energi listrik yang cukup diperhitungkan di dunia. Ismail (2009) dalam tulisannya mengatakan “…PLTN adalah suatu contoh solusi pembangkit energi berskala besar dengan reputasi yang cukup ‘bersih’ di dunia…. telah banyak dikembangkan type type dari PLTN dan berbagai generasi PLTN yang jauh lebih aman dari PLTN di masa lalu”.
Pada dasarnya sumber energi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni sumber energi terbarukan dan sumber energi tak terbarukan. Sumber daya alam tak terbarukan adalah sumber daya yang terdapat di alam, tetapi alam sulit atau tidak dapat memperbaruinya. Contoh: minyak bumi dan batu bara
Penggunaan sumber energi yang berasal dari energi fosil saat ini dipandang sudah tidak lagi bisa diandalkan. Ismail (2009) dalam tulisannya mengatakan “sumber energi fosil saat ini sudah tidak bisa diandalkan secara penuh, ini dikarenakan cadangan minyak bumi yang terkandung di bumi sudah semakin menipis”.
Dari pernyataan di atas telah jelas bahwa sesungguhnya dunia ini tak terkecuali di Indonesia sedang terancam oleh terjadinya krisis energi yang diakibatkan oleh menipisnya cadangan sumber energi. Hal tersebut apabila tidak segera diatasi akan menimbulkan berbagai kekacauan dan bukan tidak mungkin dapat menyulut terjadinya perang dunia karena perebutan cadangan sumber energi. Gambar : PLTN
- Reaktor nuklir
Sampai saat ini reaktor nuklir sudah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling banyak digunakan untuk membangkitkan listrik. Reaktor penelitian digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk penelitian. Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk memproduksi plutoniumsebagai bahan senjata nuklir.
Saat ini, semua reaktor nuklir komersial berbasis pada reaksi fisi nuklir, dan sering dipertimbangkan masalah resiko keselamatannya. Sebaliknya, beberapa kalangan menyatakan PLTN merupakan cara yang aman dan bebas polusi untuk membangkitkan listrik. Daya fusi merupakan teknologi ekperimental yang berbasi pada reaksi fusi nuklir. Ada beberapa piranti lain untuk mengendalikan reaksi nuklir, termasuk di dalamnya pembangkit thermoelektrik radioisotop dan baterai atom, yang membangkitkan panas dan daya dengan cara memanfaatkan peluruhan radioaktif pasif, seperti halnya Farnsworth-Hirsch fusor, dimana reaksi fusi nuklir terkendali digunakan untuk menghasilkan radiasi neutron.
Energi yang di hasilkan dari sebuah reaktor memanfaatkan potensi energi yang dihasilkan dari reaksi fisi (pembelahan) inti uranium dan plutonium. Penemuan ini juga berasal dari coba-cobanya para ilmuwan menembakkan neutron ke inti untuk mendapatkan inti baru, namun pada beberapa inti berat hal itu menyebabkan inti menjadi pecah (terbagi) sekaligus melepaskan neutron lain yang konsekuensinya menimbulkan panas disekitarnya. Panas ini kemudian di ambil dengan menempatkan reaksi tersebut didalam air , air yang panas tadi dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin. Untuk bagian turbinnya hampir sama dengan pembangkit listrik tenaga uap. Namun, selain panasnya yang diambil, neutron yang lepas ini juga dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti untuk mengukur dimensi dari suatu zat, untuk memutasikan tumbuhan agar didapatkan bibit unggul dan lain sebagainya
Selain itu reaksi fisi juga menyisakan unsur-unsur yang bersifat radioaktif atau meluruh (memancarkan partikel alfa, beta dan sinar gamma) dalam jangka waktu sangat lama. Radiasi yang dihasilkan sangat berbahaya bagi manusia, karena dapat memutasikan manusia secara acak. Mutasi banyak menyebabkan tumbuhnya kanker atau disfungsi organ manusia. Radiasi ini menyebabkan hal-hal mengerikan hanya dalam dosis tertentu. Radiasi ini bukan tidak bisa di kontrol. Penanganan yang baik terhadap sampah sampah sisa reaksi fisi akan menghindarkan kita dari hal-hal yang tidak diinginkan. Negara-negara pengguna energi nuklir saat ini juga sedang mencari tempat yang baik untuk mengubur sampah nuklir ini agar terhindar dari manusia dan hal-hal yang bisa dirusaknya.
Reaksi fisi bukanlah satu-satunya reaksi yang terjadi pada reaktor. Selain reaksi fisi, terjadi juga sebuah reaksi lain yang terjadi yakni reaksi fusi. Reaksi fusi mempunyai prospek yang lebih menjanjikan. Namun pemanfaatannya masih relatif sulit. Reaksi fusi adalah reaksi bergabungnya dua inti atom menjadi satu. Pada proses ini inti baru mempunyai kehilangan massa dari dua inti atom penyusunnya, kehilangan massa ini berubah menjadi energi. Saat ini inti yang sering di fusikan adalah isotop hidrogen, yaitu hidrogen yang mempunyai neotron di intinya. Bagi yang pernah melihat film Spiderman Vs Dr.Octopus, bisa kita lihat adegan reaksi fusi menggunakan metode tekanan laser. Reaksi fusi tidak menyisakan unsur radioaktif, dan otomatis relatif lebih aman. Apalagi bahan untuk reaksi ini tergolong sangat amat banyak dimuka bumi ini. Tapi lagi-lagi karena kurangnya pemahaman manusia mengenai inti membatasi kita untuk pemanfaatannya. Saat ini manusia baru mengenal metode thermo nuklir untuk melaksanakan reaksi fusi, dan yang terbaru menggunakan teknologi laser.
- Pemanfaatan energi nuklir
Dalam tulisannya, Permana (2007) menuliskan perkembangan pemanfaatan energi nuklir sebagai berikut.
Pengembangan energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir untuk pembangkit daya dimulai secara intensif setelah konferensi Genewa“On the peaceful uses of atomic energy” yang di sponsori oleh UN (PBB) tahun 1955. NPT mengisyaratkan adanya kemauan yang begitu keras akan penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai atau sipil, dimana setiap bahan bakar nuklir di proteksi dan di awasi terutama proses pengayaan dan daur ulang limbah bahan bakar. Pada mulanya perjanjian ini adalah hanya pada ke 5 negara besar pemilik senjata nuklir agar tidak melakukan transfer teknologi senjata nuklir ke negara lain. Saat ini program itu juga bertujuan untuk pengurangan produksi dan penghancuran senjata nuklir. Pilihan energi nuklir sebagai salah satu opsi energi yang bersih disadari oleh salah seorang pendiri organisasi lingkungan dunia greenpeace Dr. Patrick Moore, PhD, dia sampaikan pandangannya tersebut dalam Congressional Subcommittee on Nuclear Energy April 28, 2005 : Nuclear energy is the only non-greenhouse gas emitting power source that can effectively replace fossil fuels and satisfy global demand .Pandangan Moore tersebut mensiratkan adanya sebuah kesadaran ahli lingkungan akan kebutuhan energi yang bersih dan berkesinambungan dengan memilih opsi energi nuklir. Awal dari renaissance teknologi nuklir bagi masa sekarang dan yang akan datang ditandai dengan kemajuan non proliferation treaty (NPT) dan penghargaan nobel sebagai penghargaan internasional bagi kemajuan International Atomic Energy Agency (IAEA) dan pemimpinnya al-baradei tahun 2005 lalu, serta dengan agresifnya program Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) negara-negara di asia seperti Cina dan India.Salah satu aspek penerapan energi nulir yang layak untuk diperhitungkan adalah pemanfaatan energi nuklir sebagai pembangkit listrik (PLTN). Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan energi listrik yang terjadi karena berkurangnya sumber energi utama di bumi. Ali (2007) dalam salah satu artikelnya mengatakan “Pada 2025, kebutuhan listrik di Indonesia diperkirakan mencapai seratus gigawatt. Sementara kapasitas pembangkit listrik yang ada saat ini sudah mentok, sulit untuk ditingkatkan lagi”.
Saat ini PLTN merupakan salah satu penghasil energi listrik yang cukup diperhitungkan di dunia. Ismail (2009) dalam tulisannya mengatakan “…PLTN adalah suatu contoh solusi pembangkit energi berskala besar dengan reputasi yang cukup ‘bersih’ di dunia…. telah banyak dikembangkan type type dari PLTN dan berbagai generasi PLTN yang jauh lebih aman dari PLTN di masa lalu”.
Dari berbagai uraian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebenarnya energi nuklir dapat dimanfaatkan sebagai salah satu solusi ancaman terjadinya krisis energi yang terjadi di dunia.
Namun, pilihan akan pemanfaatan energi nuklir berdasar pada sebuah kebutuhan mendesak akan energi dan kebutuhan hidup manusia dari kebutuhan makanan sampai pada kelistrikan tanpa menjadikan bahan nuklir itu menjadi persenjataan yang dapat mematikan umat manusia. Berbagai manfaat yang diambil oleh ketersediaan bahan bakar dialam khususnya nuklir memberi manfaat yang begitu luas bagi kehidupan manusia yang sudah barang tentu ada efek lain yang sedang terus di minimalisasi yaitu efek dari sampah nuklir.
0 comments:
Post a Comment